Kisah Keturunan Petta Pao dan Asal Mula Pantai Bira yang Tergerus Istilah Jaman Now

10 Februari 2021, 09:31 WIB
Kisah Keturunan Petta Pao dan Asal Mula Pantai Bira /Jurnal Palopo / Maya Alimuddin/

JURNALPALOPO- Cerita rakyat tentang tokoh, dan sejarah perlahan tenggelam, ditengah hiruk pikuk zaman yang semakin modern, atau jaman now istilah remaja kekinian.

Kisah Tentang Keturunan Petta Pao yang menjadi cikal bakal Pantai Bira tak lagi dilirik. Hal ini tidak lepas dari kurangnya perhatian terhadap kearifan lokal yang dimiliki. 

Perlahan tapi pasti, cerita baik itu mitos dan lainnya mulai tergerus oleh zaman yang kian mendewakan teknologi. Ini tentu menjadi tugas bagi pendahulu untuk memberikan pemahan pada generasi muda saat ini, agar tak melupakan jati diri tempat mereka berasal. 

Baca Juga: Peneliti Tiongkok Mengklaim Jika Makan Setengah Butir Telur Bisa Meningkatkan Risiko Kematian Hingga 7 Persen

Baca Juga: Tanggapi Pernyataan Jokowi Soal Kritik ke Pemerintah, Sujiwo Tejo: Tertibkan Dulu Para Buzzer

Era globalisasi dan teknologi yang makin canggih, turut berperan mengaburkan sejarah khususnya di Tana Luwu. Hal ini mesti menjadi perhatian besar, mengingat jati diri perlu dikembangkan, mulai dari cerita kejayaan hingga peran para tokoh sejarah. 

Seperti yang akan kita ulas dalam artikel ini, kisah nyata tentang Petta Pao, seorang tokoh yang berasal dari masa lalu dan berdiam di Kampung Pao, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara. 

Tim Jurnal Palopo, berkesempatan megulik kisahnya dari salah satu anggota DPRD Kota Palopo, Baharman Supri. Saat ditemui, ia membeberkan dengan gamblang kisah kejayaan Petta Pao dan keturunannya, yang kini tidak banyak yang tahu. 

Sekitar tahun 1500 sebelum Masehi zaman Raja Luwu ke- 14. Petta Pao memiliki tiga orang anak, meraka adalah Petta Pangi, Petta Bolog dan Petta Mabbalomacangnge. 

Baca Juga: Cara Buat Surat Keterangan Usaha (SKU) untuk Pendaftaran BLT UMKM Rp2,4 Juta yang Direncanakan 2021

Baca Juga: Menjelma Menjadi Remaja Tampan, Putra sulung Najwa Shihab Genap Berusia 20 Tahun

Untuk nama terakhir, gelar tersebut disesuaikan dengan warna kulitnya yang mirip kulit macan tutul yang buas. Ia merupakan manusia gagah perkasa dengan tinggi badan kurang lebih dua meter.

Badan kekar sebagaimana raja yang mencirikan pemberani, penakluk binatang buas maupun peperangan antar manusia. 

Baharman Supri menuturkan, bahwa Petta Mabbalomacangnge meninggalkan rumah orang tuanya (Istana Raja) karena diusir ayahnya, sebagai sebuah hukuman atas perilakunya yang menangkap babi, anjing, rusa dan lainnya menggunakan jalah. 

Jalah tersebut sebenarnya dipergunakan ayahnya (Petta Pao) menangkap ikan untuk keperluan rumah tangga. Setelah pulang dari tanah Jawa bertemu dengan Gajah Mada, ayahnya menemukan jalah dalam keadaan robek yang membuatnya marah. 

Baca Juga: Hore, Bansos Cair Februari 2021 Segera Cek NIK Anda di Link Berikut Ini

Baca Juga: Jangan Banyak Berharap Dapat BST Rp300 Ribu, Jika Tak Memenuhi Beberapa Kriteria Ini

Dalam keadaan emosi yang tak terkendali, Petta Pao mengusir Petta Mabbalomacangnge kisah sangat anak dimulai. Ia mengembara menuju Bira, yang kini menjadi lokasi wisata terkenal di jazirah Sulawesi Selatan. 

Dalam pengembaraanya ke Bira, sosok Petta Mabbalimacangnge melakukan sejumlah penaklukan disejumlah kerajaan di Sukawesi Selatan. Mulai dari kerjaan Soppeng, Wajo, Bone, Gowa dan beberapa kerajaan lainnya. 

Setelah tiba di Bira, ia membangun istana kerjaan yang dulunya berada diantara Selayar dan Bulukumba. Ibunya yang rindu, setelah anaknya bertahun tak kunjung pulang akibat diusur, memutuskan melakukan pencarian. 

Hasil dari pencarian ini, diperoleh informasi bahwa anaknya telah membangun istana yang megah, dan mejadi Raja, setelah menaklukan sejumlah kerjaan yang dilalui dalam perjalanan ke Bira.

Baca Juga: 'Scandal', Cerita Prostitusi Online yang Melibatkan Atiqah Hasiholan dan Ibnu Jamil

Baca Juga: Ini yang Perlu Diperhatikan Jika Mau Mencairkan BST Rp300 Ribu Saat ke Kantor POS

Raja Selayar adalah yang terkahir ditaklukkan. Kini daerah tersebut dikenal dengan pantai Bira. 

Setelah bertemu anaknya, kisah baru dimulai, ketika Petta Mabbalimacangnge yang memiliki otoritas dah kekuasaan absolut menyatakan akan mempersunting ibunya sendiri. Paras yang begitu cantik membuatnya menjadikan ibu sebagai istri. 

Menurut Baharkan Supri dalam pernikahan tersebut rumah tangga keduanya berlangsung bahagia dan romantis. Sangat istri meminta agar Raja berbaring untuk mencarikan kutu dikepala. 

Pada saat itu istri sangat Raja melihat bekas pukulan dikepala Petta Mabbalomacangnge. Ia kemudian menanyakan perihal luka tersebut dari mana diperolehnya. 

Baca Juga: Bansos BST Rp300 Ribu Kemensos Cair Februari, Segera Siapkan Berkas Ini, dan Simak Cara Pencairannya

Baca Juga: Sulit Login di Situs dtks.kemensos.go.id? lakukan Cara Ini

Raja menjawab bahwa luka itu diperoleh dari ayahnya Petta Pao, ia menjelaskan bahwa dirinya adalah keturunan Raja Luwu anak dari Petta Pao yang melarikan diri dari rumah.

Dalam pelariannya ia mendirikan kerajaan setelah menaklukkan semua yang menentangnya, kemudian didapuk jadi Raja. 

"Inilah istanaku sekrang dan beberapa istriku, termasuk dirimu," jelas Baharman menggambar percakapan Raja dan istrinya. 

Sang istri menjawab, sebenarnya aku adalah ibumu, isak tangi keduanya pecah, selain karena kerinduan mereka menangisi kesalahan yang terjadi dan merasa bersalah pada Dewata. 

Baca Juga: Kemenkeu Beri BLT Desa Rp300 Ribu, Begini Syarat Mendapatkannya

Baca Juga: Hanya Dalam Waktu Seminggu, Kasus Virus Corona Meningkat 3 Kali Lipat di Wilayah Ini

Mereka berdua akhirnya bersepakat menebus dosanya dengan mengambil kapal besar, yang telah dibuat Raja selama bertahun tahun. Kemudian menenggelamkan diri bersama kapal tersebut. 

"Kapal tersebut kini menjadi objek wisata dengan panorama pantai yang indah, namun bagi turunan Petta Pao mejadi sebuah mitos yang sangat menakutkan," tegas Baharman Supri. 

"Menurut leluhur orang Luwu, sesekali pantai ini arinya tiba tiba meninggi saat ada keturunan yang mandi di pantai Bira," pungkas Baharman Supri. 

Namun hingga kebenaran tentang mitos naiknya air laut tersebut masih menjadi sebuah polemik. Fakta yang tidak bisa dibantahkan adalah keindahan Pantai Bira, yang kini menjadi objek wisata tersohor hingga luar negeri. ***

Editor: Naswandi

Tags

Terkini

Terpopuler