Mengenang Perjuangan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, Pernah Diasingkan ke Belanda

- 28 Agustus 2021, 14:21 WIB
Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara. /Foto dokumen LP3M Yogyakarta

Ia menerima tawaran tersebut dan sempat merasakan bangku pendidikan di STOVIA pada 1905—1910. Namun karena sakit, ia tidak naik kelas dan beasiswanya dicabut.

Ada sinyalisasi bahwa pencabutan beasiswa beliau tidak murni karena sakit, tetapi karena ada muatan politis dari pemerintah Hindia-Belanda.

Ada dugaan bahwa pemerintah Hindia-Belanda tidak senang terhadap sikap beliau yang membangkitkan semangat nasional untuk memberontak.

Ia memang terkenal pedas dalam memberi kritikan terhadap pemerintah Hindia-Belanda. 

Setelah gagal menjadi dokter di STOVIA, Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara banting setir menjadi jurnalis dan bergabung dengan berbagai organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische Partij.

Di Indische Partij, ia memiliki rekan seperjuangan, yaitu Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (dikenal dengan Danudirja Setiabudi) dan dr. Cipto Mangunkusumo. Ketiganya dijuluki sebagai Tiga Serangkai.

Kritikan Suwardi Suryaningrat semakin pedas, ia pernah menentang perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Indonesia.

Menurutnya penjajah tidak sepatutnya merayakan kemerdekaan di tanah jajahannya, bahkan dibiayai oleh rakyat pribumi.

Ia menyalurkan protes tersebut melalui risalah yang berjudul Als ik eens Nederlander was (Andai aku seorang Belanda) pada Juli 1913.

Risalah yang dicetak sebanyak 5.000 eksemplar ini membuat pemerintah Hindia-Belanda naik pitam.

Halaman:

Editor: Gunawan Bahruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x