Deklarator KAMI Diborgol dan Memakai Baju Tahanan, Gde: Pemimpin Lahir dari Penjara

- 16 Oktober 2020, 10:44 WIB
press release tersangka petinggi KAMI.
press release tersangka petinggi KAMI. /instagram/@divisihumaspolri

JURNALPALOPO – Beberapa waktu lalu Kepolisian RI menangkap delapan orang yang diduga sebagai dalang kerusuhan penolakan UU Cipta Kerja yang terjadi beberapa hari terakhir.

Namun Polri hanya mengklaim bahwa hanya ada empat orang yang merupakan anggota dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Keempatnya ditangkap dengan barang bukti grup WA yang dimana mereka berada dalam grup bernama KAMI Medan.

Baca Juga: Soal LGBT di Lingkungan TNI, Ketua Komisi I DPR: Itu Internal Mereka

Baca Juga: Tes Kepribadian, 7 Macam Bentuk Kaki ini Menunjukkan Kepribadian Seseorang, Kamu yang Mana?

Saat tersangka diperlihatkan di ruang press conference, para tersangka mengenakan baju orange yang menandakan mereka adalah tahanan Polisi.

Hal ini mendapat sorotan dari Deklarator dan Komite Politik Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gde Siriana Yusuf.

Gde menyoroti perlakuan terhadap Dekarator KAMI Syahganda Nainggolan yang mengenakan baju tahanan serta diborgol.

Ia menilai hal yang dialami Syahganda dkk merupakan bentuk penghinaan terhadap rakyat dan demokrasi.

Baca Juga: Luhut: Omnibus Law UU Cipta Kerja Sudah Dikerjakan Sejak Lama

Baca Juga: Test Kepribadian, Kenali Karakter Seseorang dari Posisi Tidurnya

Namun, meski teman sejawat dipertontonkan dengan tangan terborgol, ia yakin masyarakat masih bisa jernih melihat ketidakadilan yang terjadi.

“Saya yakin rakyat tidak bisa ditipu dengan tontotan borgol. Pejuang tetap pejuang meski diborgol. Sejak dulu, para pemimpin lahir dari penjara. Diponegoro, Teuku Umar, Soekarno, Hatta, Syahrir, Hariman Siregar adalah sejarah yang tak terlupakan,” cuitnya, dalam akun Twitternya, Jumat 16 Oktober 2020 dikutip dari Warta Ekonomi.

Lanjutnya, ia kemudian menyinggung makna yang terkandung dalam sila keempat Pancasila, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

 “Sila keempat itu rumusan tentang kpemimpinan yang berpengetahuan luas dan dalam, sehingga bisa bjaksana, yaitu mngajak rakyat turut serta dalam pngambilan putusan dengan cara prmusyawaratan/perwakilan. Bukan dengan gas air mata dan borgol,” tegasnya.

Baca Juga: Prabowo Subianto Dapat Lampu Hijau Masuk AS, Ini Tujuannya Kesana

Baca Juga: Pop Academy Top 40 Grup 3 Tadi Malam, Aracely Malang harus Pulang

Sambungnya,  “Kekuasaan itu sesungguhnya untuk orang yang siap merendahkan dirinya di hadapan rakyat yang memilihnya. Kalian tidak pernah bangun demokrasi. Kalian hanya gunakan demokrasi untuk bangun korupsi dan dinasti politik,” tukasnya.***

Editor: Gunawan Bahruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x