Asalnya dipercaya berasal dari kerajaan terbesar di Gowa, Sulawesi Selatan, pada masa lampau.
Tradisi penyajian Barongko terjaga hingga saat ini, sering ditemui dalam acara-acara istimewa seperti pernikahan, upacara adat, dan keagamaan.
Nama Barongko berasal dari "barangku mua udoko" dalam bahasa Bugis yang berarti "barangku sendiri yang kubungkus".
Konsep ini terwujud dalam penyajian Barongko yang dibungkus menggunakan daun pisang.
Baca Juga: Bikin Ngiler dan Nambah Lagi, Resep Barongko Kudapan Khas Makassar yang Lagi Trend di Palopo
Bagi masyarakat Bugis Makassar, membungkus memiliki makna filosofis yang dalam.
Ini melambangkan penghormatan diri dan keluarga serta nilai keharmonisan dalam interaksi sosial.
Oleh karena itu, Barongko selalu disajikan dengan daun pisang sebagai pembungkusnya, sesuai dengan tradisi dan filosofi yang terkandung di dalamnya.
Selain sebagai simbol keharmonisan, rasa manis dan gurih Barongko juga melambangkan harapan akan kesejahteraan dalam kehidupan rumah tangga, termasuk rezeki dan keturunan.
Baca Juga: Nggak Punya Oven? Ini 2 Resep Kue Lebaran Tanpa Dipanggang, Cocok Buat Hidangan Lebaran