Laporan tersebut menguraikan sejumlah pendekatan defensif termasuk kesiapan, mencegah serangan siber dan menyangkal efeknya.
Para penulis juga menyarankan sejumlah langkah ofensif yang dapat diambil Korea Selatan dan/atau Amerika Serikat jika perlu.
Contohnya mengungkapkan informasi lengkap tentang kejahatan dunia maya apa pun, melacak agen cyberwarfare.
Serta menghapus jaringan komputer Korea Utara, melalui metode dunia maya jika upaya peretasan terdeteksi.
Baca Juga: Gara-gara Selfie di Puncak, Turis Amerika Terjatuh ke Kawah Gunung Berapi, Endingnya Mengejutkan
Diperkirakan ada lebih dari 6.000 pejuang siber Korea Utara, yang menggunakan keterampilan mereka untuk mencuri sumber daya keuangan bagi rezim mereka.
Chainanalysis, sebuah perusahaan analisis blockchain yang berbasis di New York City, memperkirakan bahwa Korea Utara telah mencuri cryptocurrency senilai 1,75 miliar antara 2017 dan 2020.
Para ahli di acara media institut itu juga menyoroti bahaya senjata kimia dan biologi Korea Utara, yang mereka yakini dapat digunakan untuk melawan Korea Selatan jika terjadi perang.
Temuan mereka menunjukkan bahwa Korea Utara telah mengumpulkan inventaris senjata kimia yang substansial (sekitar 2.500 hingga 5.000 ton).
Baca Juga: Gara-gara Selfie di Puncak, Turis Amerika Terjatuh ke Kawah Gunung Berapi, Endingnya Mengejutkan