JURNAL PALOPO - Perekonomian Sri Lanka yang sarat dengan hutang akhirnya runtuh.
Ini terjadi setelah kelangkaan bahan makanan, bahan bakar, dan listrik yang berlangsung berbulan-bulan.
Hal ini diakui Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, kepada anggota parlemen Rabu, 22 Juni, lalu.
Baca Juga: 5 Cara Singkirkan Badmood agar Tetap Semangat Menghadapi Masalah
Wickremesinghe menambahkan, negara di Asia Selatan tersebut menghadapi situasi yang jauh lebih serius. Dia juga memperingatkan 'kemungkinan jatuh ke titik terendah'. "Perekonomian kita sudah benar-benar ambruk," ujarnya.
Namun, tampaknya hal ini diucapkanya lantaran ingin memberi penekanan pada kritikus dan lawan politik bahwa dia diwarisi tugas sulit yang tidak bisa diatasi dengan cepat.
Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom di Pusat Pengembangab Global Washington, Anit Mukherjee. "Dia benar-benar menempatkan ekspektasinya di titik yang rendah," tukas Mukherjee
Mukherjee beranggapan Sri Lanka berada di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Karenanya, Mukherjee juga menduga, pengakuan Wickremesinghe perihal kengerian kondisi ekonomi Sri Lanka merupakan langkahnya untuk mendapatkan pinjaman.