JURNALPALOPO.COM – Banjir bandang yang terjadi dua bulan lalu di Kabupaten Luwu Utara masih menyisahkan duka bagi warga korban bencana.
Banyak dari mereka yang masih tinggal di pengungsian karena rumah mereka sudah tidak dapat di tinggali. Selain itu, sisa-sisa material seperti batang-batang pohon yang masih ada di hilir hampir sama sekali belum tersentuh.
Listan Cr selaku Ketua Lembaga Advokasi Lingkungan dan SDA Tana Luwu yang fokus pada isu lingkungan mendesak Pemda Luwu Utara untuk segera melakukan normalisasi sungai Rongkong di bagian hilir.
Baca Juga: Perusahaan Apple akan Luncurkan iPhone 12 pada Bulan Oktober, Ini Bocoran Harga dan Spesifikasinya
Baca Juga: Ini Manfaatnya Jika Anda Sering Laksanakan Sholat Dhuha, Salah Satunya Penghapus Dosa
Baca Juga: Yuk Cek Harga Emas Hari ini, Kamis 3 September 2020
Luwu Utara merupakan daerah yang tiap tahunnya mengalami banjir hingga berjilid-jilid dan sampai sekarang, masih ada wilayah yang masih tergenang di sekitar hilir sungai.
“Sangat mendesak agar tumpukan kayu yang terbawa arus banjir sungai Rongkong beberapa waktu lalu yang menutupi badan Sungai Rongkong di wilayah Rakki-rakki Malangke Barat agar segera dibersihkan,” ucap Listan.
Desakan tersebut bukan tanpa alasan, Listan menyebut sungai Rongkong dapat meluap sewaktu-waktu jika curah hujan tinggi.
Sebagai informasi, Malangke adalah kawasan hilir dari sungai Rongkong yang merupakan sungai terbesar di Lutra dan selalu mengalami banjir tiap tahunnya. Hingga saat ini, belum ada perhatian dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut.
Baca Juga: Kemensos Luncurkan Program BSB, 10 Juta Keluarga akan Menerima Bantuan Beras
Baca Juga: IDI Minta Perlindungan Ekstra untuk Para Tim Medis, Usai Gugurnya Seratus Dokter Akibat Covid-19
Baca Juga: Jakarta Dipastikan Jadi Tuan Rumah HPN 2021, Anies : di Ancol Cukup Memadai
Banjir yang terjadi tiap tahun tersebut membawa kerugian bagi warga karena rumah bahkan lahan pertanian ikut terendam dan rusak. Selain itu, keselamatan warga juga ikut terancam akan adanya banjir tahunan.
“Tumpukan jutaan kubik kayu yang hanyut dari hulu saat banjir beberapa saat lalu menghambat kelancaran aliran sungai dan bisa berpotensi terjadinya perubahan aliran Sungai Rongkong yang memungkinkan bisa meluluhlantahkan pemukiman masyarakat,” tutup Listan.***