Tana Luwu Mewarisi Beragam Budaya, Salah Satunya Kuliner Tradisional

- 25 Juni 2020, 14:13 WIB
Kapurung, Makanan Tradisional Tana Luwu. /*
Kapurung, Makanan Tradisional Tana Luwu. /* /

Kuliner tidak hanya perkara mengenyangkan perut semata, tetapi juga melibatkan perasaan dan kenangan atas kampung halaman, orangtua, kakek nenek hingga mungkin, bisa jadi sang mantan.

Konon, Palopo itu adalah kuliner. Ketan putih yang dicocol kuah gula aren bersantan. Gurih dan manis.

Gula aren yang manis simbol kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin, sedangkan santan yang gurih adalah simbol kehidupan yang memberi manfaat dan bermakna kehormatan.

Tana Luwu banyak mewariskan kuliner berbahan dasar sagu. Kapurung, sinole, lanya, bagea, baruasa, dan lain-lain. Semua itu karena limpahan pohon sagu kita sejak dahulu kala.

Baca Juga: Kulit Jeruk Dapat Hilangkan Bau Sepatu? Berikut 5 Cara Mudahnya

Catatan Gubernur Celebes tahun 1888 menuliskan Pelabuhan Palopo mengekspor 15.000 pikul sagu ke Singapura dan daerah lain di Nusantara.

Siapa sangka, lanya-lanya dan sinole juga menjadi saksi perjuangan manusia-manusia Luwu. Andi Djemma beserta kerabat istana yang gerilya hingga ke Benteng Batuputih, Kolaka, menjadikan penganan ini sebagai logistik andalan.

Sedangkan balla-balla menjadi pengganjal perut bagi gerombolan pasukan DI/TII di bawah pimpinan Kahar Muzakkar. Kisah 3 jenis makanan ini dapat kita baca di Novel Jatuhnya Benteng Batuputih & Novel Kota Palopo yang Terbakar. Dua-duanya karya Mustari Yusuf.

Kuliner adalah sebuah proses seni. Terdapat unit khusus terkait urusan dapur dan layanan rumah tangga di istana. Namanya Anreguru Pampawaepu.

Baca Juga: Orang Tuanya Negatif Sedang Bayi Kembarnya Positif Covid-19 di Meksiko

Halaman:

Editor: Gunawan Bahruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x