Sementara itu, Perancis, Jerman dan Sepanyol juga telah melancarkan program FCAS yang tersendiri untuk membangunkan pesawat pejuang generasi ke-enam untuk menggantikan pesawat-pesawat pejuang seperti Rafale, Eurofighter Typhoon.
Sementara itu, KF-21 Boramae yang sedang dalam tahap perakitan telah menyelesaikan beberapa tes darat. Diperkirakan pertengahan tahun ini, jet tempur kolaborasi ini akan melakukan uji terbang.
"Jika uji coba darat KF-21 berjalan lancar, uji terbang pertama akan dimungkinkan paling cepat pada Juni," ungkap salah satu sumber dilansir Jurnal Palopo dari donga.com.
Menurut media Korea, hani.co.kr, Lee Il-woo, seorang insinyur senior di proyek KF-21 Boramae mengatakan bagian dalam pesawat tempur memiliki kisi-kisi rumit yang dirancang untuk terus berfungsi bahkan jika beberapa bagian rusak oleh tembakan selama pertempuran udara.
Baca Juga: Legenda Manchester United Tolak Piala Dunia 2022 di Qatar, Eric Cantona: Bukan Negara Sepak Bola
Pengembangan KF-21 Boramae ini sebenarnya tak lepas dari peran Amerika Serikat. Melalui perusahaan Lockheed Martin, AS memberikan lisensi ekspor 21 teknologi yang dibutuhkan untuk proyek KF-X.
"Setelah pemberian lisensi ekspor, Kementerian Pertahanan Korea, Kementerian Luar Negeri dan pejabat DAPA mengadakan negosiasi lebih lanjut dengan perunding AS," dikutip dari JoongAng Daily.
Usai mendapat teknologi dari AS, KF-21 Boramae diuji coba di darat terlebih dahulu sebelum terbang perdana pada Juni 2022.
Awalnya Amerika Serikat sedikit dibuat khawatir dengan pengembangan KF-21 karena mengancam pasaran F-35.
Baca Juga: 10 Negara Terbersih di Dunia, Nomor 2 Mencengangkan, Ada Indonesia?