Deteksi Dini Peredara Narkoba, Polri Perlu Maksimalkan Peran Atase

23 Juni 2020, 07:50 WIB
Ilustrasi. /* /

JURNALPALOPO.com - Keberadaan Atase Polri di Kedutaaan Besar RI (KBRI) perlu diperbanyak untuk mendeteksi dini penyelundupan narkotika dan obat-obatan (narkoba). Belakangan, penyelundupan narkoba marak berasal dari Timur Tengah. Sayangnya, keberadaan Atase Polri di Timur Tengah hanya ada di KBRI Jeddah, Arab Saudi.

“Jalur baru (penyelundupan narkoba) semakin meningkat dari Timur Tengah. Penting membuat 'early warning system' dalam fungsi KBRI di negara-negara yang terindikasi (produsen narkoba). 'Early warning system' dengan fungsi interpol dan atase polisi,” kata Shiskha, Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy saat menjadi pembicara Webinar Series "Geopolitik dan Ancaman Transnasional Narkotika di Tengah Pandemi" yang diadakan Universitas Paramadina, Senin (22/6).

Tercatat, sepanjang 2020 penyelundupan sabu sebanyak 1,6 ton sabu dari Iran ke Indonesia digagalkan. Salah satunya terjadi di Sukabumi dengan barang bukti berupa sabu seberat 402 kilogram dan pelaku 5 orang. Hal terungkap saat Satuan Tugas Khusus (Satgasus) Merah Putih Polri mengungkap upaya penyelundupan sabu jaringan Iran melalui jalur laut.

Baca Juga: Nadiem Izinkan Sekolah Swasta Gunakan Dana BOS Dengan Beberapa Syarat

Shiskha menekankan pentingnya keberadaan atase polisi di perwakilan negara di luar negeri sehingga patut menjadi kajian atau pembahasan mendalam.

Katanya, selain dapat menjadi sistem deteksi dini, atase polisi juga dapat membantu pemulihan hubungan bilateral Indonesia dengan negara lain, karena perbedaan politik negara. 

"Penerapan hukuman mati contohnya. Kasus ini sempat mengakibatkan renggangnya hubungan antara Brasil dengan Australia. Pembahasan mendalam juga penting mengingat banyaknya faktor lain yang muncul jika keberadaan atase polisi di KBRI diterapkan," katanya.

Shiskha juga mengingatkan Polri dan instansi terkait untuk tak lengah terhadap penyelundupan narkoba, terutama di tengah pandemi. Di saat ekonomi banyak negara terpuruk, perdagangan narkoba naik.

Baca Juga: Delapan Orang Geng Motor Ditangkap karena Terlibat Pengeroyokan

"Trennya meningkat. Di Indonesia saja hampir menyentuh 1,7 ton sabu yang coba diselundupkan dari Iran," ujar dia.

Irine Gayatri, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan selama ini perempuan rentan menjadi korban dalam industri narkoba, baik digunakan sebagai kurir hingga sasaran penyalahgunaan agar pangsa pasar tetap besar.

"Tidak hanya di Asia, tapi juga Eropa dan Amerika Latin. Mereka (perempuan) menjadi transporter," kata kandidat doktor dari Monash University, Australia, ini.

Sementara psikolog yang juga menjadi Dekan Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina, Tia Rahmania,MPsi memberikan pesan pentingnya penanganan lanjutan (after care) bagi para pecandu yang telah menjalani rehabilitasi agar tak terjerumus kembali ke lingkaran setan narkoba.

Baca Juga: Minat Belajar dan Membaca Kurang, Pemuda Tellulimpoe Bentuk FBS

Pemulihan ditekankannya bukan hanya pada pecandu, namun juga pihak keluarga yang turut terdampak.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler