Dari Pesawat Jatuh hingga Gempa, 2021 Dibuka dengan Rentetan Bencana di Indonesia

17 Januari 2021, 15:31 WIB
Bencana alam banjir dan tanah longsor terjadi di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara /BNPB

JURNALPALOPO – Baru 17 hari setelah memasuki tahun 2021, Indonesia mengalami banyak bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah dan merenggut korban nyawa.

Dari pesawat jatuh, hingga yang saat ini hampir bersamaan wawatu kejadiannay adalah gempa, tanah longsor dan banjir.

Dari catatan BNPB, ribuan orang telah menjadi korban serta materi yang belum bisa diprediksi jumlahnya akibat dari bencana yang tidak kunjung berhenti melanda negeri tercinta Indonesia.

Korban terdampak yang paling banyak dan meluas terjadi pada bencana alam banjir di Kalimantan Selatan.

 Baca Juga: Tes Psikologi: Ungkapkan Karakter Anda dari Gambar Menarik Perhatian Pertama Kali

21.990 jiwa dilaporkan terdampak banjir di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan air sungai di Kecamatan Pelaihari meluap yang terjadi pada Minggu, 3 Januari 2021 pukul 10.30 WITA.

Hal ini berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 15 Januari 2021 pukul 11.40 WIB.

Berdasarkan data per 16 Januari 2021 pukul 02.00 WIB, Pusat Pengendali Operasi BNPB juga melaporkan 189 orang di Kabupaten Mamuju mengalami luka berat dan dirawat. Korban meninggal hingga kini dilaporkan sudah lebih dari 50 orang.

Mereka adalah korban bencana gempa 6,2 SR yang terjadi pada Jumat, 15 Januari 2021 pukul 02.28 dini hari waktu setempat di Provinsi Sulawesi Barat.

Baca Juga: 'Parakacuk' Game Bully Versi Indonesia, Rilis Oktober Mendatang

Sedangkan di Kabupaten Majene, sekitar 637 orang mengalami luka ringan dan mendapatkan penanganan rawat jalan serta kurang lebih 15.000 orang mengungsi di 10 titik pengungsian.

Di pulai Jawa sendiri, bencana tanah longsor terjadi di beberapa wilayah. Salah satunya di di Kabupaten Sumedang dengan total korban yang berhasil ditemukan tim gabungan berjumlah 28 orang dan 12 orang masih dinyatakan hilang berdasarkan data dari BNPB per hari Minggu 17 Januari 2020 pukul 03.59 WIB.

Pencarian korban terkendala cuaca hujan bisa menyebabkan longsor susulan. Informasi dari  Badan Geologi, masih ada retakan di beberapa titik lokasi longsor, sehinggga tim gabungan perlu menjaga keselamatan saat melakukan evakuasi.

Data sementara sebanyak 1.020 jiwa mengungsi terbagi di pos pengungsian Lapangan Taman Burung dan rumah kerabat yang aman dari potensi longsor.

Baca Juga: Anda Pemalu? Lakukan Tips Berikut untuk Menghilangkan Rasa Malu Berlebihan

Berdasarkan catatan-catatan BNPB tersebut, jika digabungkan sudah ada puluhan ribu korban terdampak bencana alam di berbagai daerah di Indonesia. Terbaru, bencana banjir dan tanah longsor terjadi di Sulawesi Utara. Korban meninggal hingga kini diketahui berjumlah lima orang.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi multi risiko baik dari aspek cuaca, iklim, gempa atau tsunami.

Potensi ini menurut data BMKG masih akan berlangsung hingga Maret 2021.

“Sampai Maret masih ada potensi multi risiko, tapi untuk hidrometeorologi puncaknya pada Januari-Februari. Tapi seiring dengan itu, potensi kegempaan juga meningkat, mohon kewaspadaan masyarakat,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat, 15 Januari 2021.

Baca Juga: Ingin Tarik Turis Internasional, Thailand Siapkan Hidangan Berbahan Daun Ganja

Dari laman resmi Sekretaris Kabinet pada Minggu, 17 Januari 2021 mengabarkan, sejak Oktober 2020, BMKG telah mengeluarkan informasi potensi bencana bersamaan dengan prakiraan musim hujan.

Gempa dengan kekuatan signifikan terjadi beberapa kali yang mengguncang Majene dan sekitarnya, di Sulawesi Barat, pada Kamis, 14 Januari 2021, pukul 13.35.49 WIB.

Puncaknya terjadi di hari Jumat dengan kekuatan yang lebih besar dengan magnitudo 6,2 yang lebih mengguncang dan merusak. Hingga sabtu kemarin, gempa kecil masih seirng terjadi.

“Episenter gempa kurang lebih sama terletak 6 kilometer arah timur laut Majene dengan pusat gempa 10 kilometer. Ini gempa dangkal yang tentunya karena magnitudonya sangat besar, guncangannya juga sangat dirasakan di permukaan,” ujar Dwikorita,

Baca Juga: Bosan Dirumah Akibat Pandemi, Asah Keterampilan Anda Lewat 5 Hal Ini

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Mamuju. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Guncangan gempa bumi dirasakan di daerah Majene, Mamuju dengan skala intensitas V-VI MMI (getaran dirasakan oleh semua penduduk, dan bersifat merusak), Palu, Mamuju Tengah, Mamuju Utara, dan Mamasa III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu).

Dari skala intensitas guncangan tersebut dapat diperkirakan bahwa kerusakan terbesar terjadi di wilayah Mamuju.

Hingga pukul 23.00 WITA, BMKG mencatat terjadi 31 kali gempa bumi terdiri dari dua gempa signifikan dan 29 gempa susulan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Aplikasi Belajar Daring Terbaik, Download Lewat Smartphone

“Berdasarkan data kegempaan yang kami rekam dan historis gempa, kami menganalisis masih memungkinkan adanya gempa susulan yang cukup kuat seperti dini hari yang lalu atau bahkan lebih.

"Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk menghindari bangunan dan gedung-gedung tinggi karena dikhawatirkan masih berpotensi gempa susulan,” katanya.

Karena masih adanya potensi gempa susulan yang cukup kuat, BMKG menurunkan tim di lapangan dan memasang alat untuk memonitor gempa-gempa susulan agar dapat memberikan estimasi kapan gempa-gempa susulan tersebut berakhir, serta untuk memetakan dampak kerusakan.

Upaya BMKG ini juga sekaligus untuk menenangkan masyarakat melalui sosialisasi/literasi terkait kejadian gempa bumi ini, perkembangannya dan langkah kewaspadaan yang harus dilakukan.

Baca Juga: Ikan Cupang Pangeran Sambas Dilelang, Terkumpul Rp12 Juta untuk Didonasikan ke Korban Bencana

Ia juga mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan potensi tsunami apabila terjadi gempa susulan yang dapat memicu longsor di bawah laut, mengingat pelamparan sesar naik Mamuju yang menjadi sumber gempa berada di dasar laut sebelah barat Pantai Mamuju.

“Mengingat dalam beberapa hari/minggu ke depan masih berpotensi terjadi gempa-gempa susulan, kami imbau masyarakat di daerah terdampak agar menjauhi atau tidak tinggal di bangunan yang rentan atau sudah retak/miring akibat gempa sebelumnya,

"Juga apabila kebetulan masyarakat yang berada di wilayah pantai merasakan guncangan gempa lagi, agar segera menjauhi pantai menuju ke tempat yang lebih tinggi, tidak perlu menunggu peringatan dini,” tegasnya.

Hal ini untuk mengantisipasi potensi tsunami seperti yang terjadi di Palu pada 2018, di mana kejadian tsunami sangat cepat hanya 2-3 menit setelah gempa terjadi.

Baca Juga: Raih 5 Manfaat Ini Lewat Gerakan Yoga, Kualitas Tidur Meningkat Diantaranya

Ia juga mengingatkan masyarakat di sekitar pantai untuk segera menyiapkan jalur evakuasi dan membuat tempat evakuasi sementara di tempat yang lebih aman. ***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Mantra Sukabumi PR Cirebon

Tags

Terkini

Terpopuler