Gagal di F-35, Masih ada KF-21, Indonesia Bayar Korea Selatan dengan 2 Skema Ini

- 13 November 2021, 13:36 WIB
Jet tempur KF-21 Boramae buatan Indonesia dan Korea Selatan
Jet tempur KF-21 Boramae buatan Indonesia dan Korea Selatan /defence-point.gr

JURNAL PALOPO - Amerika Serikat (AS) tampak meremehkan Indonesia dengan menolak keinginannya memiliki jet tempur F-35.

AS menyebut Indonesia belum layak memiliki F-35 dan justru menawarkan pesawat tempur generas 4 dan 4,5 yakni F-16.

Selain itu Indonesia juga harus menunggu lebih lama karena pesanan F-35 dari negara lain masih banyak.

Baca Juga: Sinopsis Bepanah Hari Ini di ANTV: Zoya Kasihan, Harsh Cuma Bela Aditya di Pengadilan

Melansir Zonajakarta.com yang mengutip dari Defense World, Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia, Prabowo Subianto rupanya sempat diberitahu perihal daftar tunggu F-35 AS ketika mengunjungi Washington pada 15 Oktober 2020 lalu.

Saat itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto diberitahu kalau Indonesia ingin F-35, maka Indonesia harus menunggu sembilan tahun dalam daftar tunggu.

Inilah salah satu alasan mengapa AS menolak keinginan Indonesia memiliki F-35 dan menawarkan F-16 atau setaranya.

Washington menyarankan agar Jakarta mendapatkan pesawat tempur F-16 V Block 72 yang merupakan pesawat versi terbaru dari generasi 4,5.

Baca Juga: Link Live Streaming Gopi, Bepanah dan Balika Vadhu Hari Ini 13 November 2021

Selain itu, ada juga pesawat tempur generasi ke-4 yang bisa digunakan Indonesia sebelum mendapatkan F-35.

Kegagalan mendapatkan F-35 tak membuat Indonesia menyerah dalam perburuan pesawat siluman.

Bekerja sama dengan Korea Selatan, Indonesia sepakat melanjutkan proyek KF-21 Boramae.

Korea Selatan menggaet Indonesia sebagai mitra utama dalam proyek pembangunan KF-21 Boramae.

Baca Juga: Rajvir Memasukkan Bom ke Rumah Hooda saat Semua Berpesta, Apa yang Terjadi? Bocoran Bepanah Hari Ini

Dari kerjasama ini, Indonesia nantinya akan mampu merakit sendiri 48 unit KF-21 Boramae secara lokal berdasarkan prototipe dan data teknis yang ada.

Dalam kerjasama tersebut, Indonesia akan menutupi 20 persen dari total biaya pengembangan KF-21 yang berkisar $8 miliar atau sekitar Rp113 triliun.

Prototipe KF-21 telah dipamerkan pada April lalu yang mirip dengan pezawat tempur siluman milik AS bermesin ganda.

Tetapi nyatanya, Boramae merupakan pesawat tempur multi-peran yang sekelas dengan Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon.

Baca Juga: Spoiler Bepanah 13 November 2021: Bukti Kematian Kuat, Zoya dan Aditya Terduga Pelaku Pembunuhan

Diketahui, poin penting KF-21 Boramae sendiri adalah persenjataan yang dibawa dari luar.

Jika KF-21 berhasil, konsepnya akan beralih ke model Blok 3 yang dioptimalkan secara siluman dengan ruang senjata internal.

Dengan demikian KF-21 mungkin memiliki potensi untuk berkembang menjadi pesawat siluman "sejati" di iterasi selanjutnya.

Sebagai informasi, saat ini Boramae diketahui memiliki kecepatan maksimum Mach 1,83 dan jangkauan feri 1.800 mil.

Baca Juga: New York- London hanya Ditempuh 90 Menit, Hermeus Ciptakan Pesawat Super Duper Cepat

Pembayaran Boramae sendiri akan dilakukan dengan cara dicicil. Uniknya, skema imbal dagang yang akan digunakan Indonesia untuk membayar tunggakan KF-21 Boramae.

Indonesia akan membayar menggunakan komoditas seperti minyak sawit (CPO), karet mentah hingga hasil bumi lainnya.

Menurut keterangan DAPA, Indonesia akan melakukan pembayaran selama lima tahun ke depan hingga 2026, dan tiga puluh persen dari itu akan menjadi transfer dalam bentuk barang.

Penggunaan komoditas ini lantaran keuangan Indonesia tidak stabil akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Citra Satelit Menangkap Upaya Pengaburan Pangkalan AL Rusia di Suriah, Tujuannya Apa?

Menyoal nantinya komoditas apa yang akan Korea Selatan minta, DAPA masih akan mengadakan pertemuan lagi secara terpisah dengan Kementerian terkait dari Indonesia.

Selain skema tersebut, dari FlightGlobal, pada tahun 2018, sebuah sumber mengatakan bahwa Jakarta memanfaatkan program KF-21 untuk mendapatkan pesanan tambahan untuk CN235 buatan Indonesia.

Kesepakatan pembayaran dalam bentuk barang disebut dapat membuat Korea Selatan mendapatkan tambahan transportasi taktis Airbus Defence and Space CN235, yang dibangun oleh Aerospace Indonesia di bawah lisensi di Bandung.

CN-235 adalah sebuah pesawat penumpang sipil (airliner) angkut turboprop kelas menengah bermesin dua.

Pesawat bermesin turboprop ini dirancang bersama antara IPTN Indonesia dan CASA Spanyol.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x