Afghanistan Alami Krisis Pangan, Taliban Hadapi Tantangan Baru

- 2 September 2021, 12:14 WIB
Ilustrasi / Afganistan krisis pangan jadi tantangan baru Taliban
Ilustrasi / Afganistan krisis pangan jadi tantangan baru Taliban /Reuters / Stringer /Jurnal Palopo

JURNAL PALOPO- Stok pangan berangsur-angsur menipis bulan ini di Afghanistan, seorang pejabat senior PBB memperingatkan. 

Krisis ini mengancam Taliban, penguasa negara yang baru, dan menambah rangkaian tantangan saat mereka tengah berusaha mengembalikan kestabilan akibat perang yang berlangsung puluhan tahun. 

Menurut Ramiz Alakbarov, koordinator kemanusiaan lokal PBB, sekitar sepertiga dari 38 juta populasi penduduk Afghanistan menghadapi "darurat" atau "krisis" ketidaktersediaan pangan. 

Baca Juga: Bom Bunuh Diri Guncang Kabul, Upaya Evakuasi Timnas Sepakbola Wanita Afghanistan Alami Kebuntuan

Dengan datangnya musim dingin dan kekeringan parah yang sedang berlangsung, diperlukan lebih banyak uang guna penyediaan pangan penduduk. 

Program Pangan Dunia PBB telah mengirimkan bahan pangan dan mendistribusikannya pada puluhan ribu penduduk beberapa minggu ini.

Tapi dari 1,3 miliyar dolar Amerika yang dibutuhkan, baru 39 persen yang diterima, Ramiz Alakbarov melanjutkan penjelasannya. 

"Musim dingin mendekat dengan cepat, dan tanpa tambahan dana, stok bahan pangan akan habis akhir September," ujar Alakbarov yang dikutip Jurnal Palopo dari laman Star Advertiser. 

Baca Juga: Bandara Kabul Ditutup, Ribuan Warga Afghanistan Bergegas Menuju Perbatasan

Taliban mengambil alih kekuasaan yang memaksa penarikan mundur tentara Amerika minggu ini.

Sekarang harus memerintah sebuah negara yang sangat bergantung, pada bantuan internasional dan tengah berada pada krisis ekonomi yang terus memburuk. 

Sebagai tambahan, selain kekhawatiran akan krisis pangan yang mengancam, pegawai negeri juga belum digaji selama beberapa bulan. Mata uang lokal juga kehilangan nilainya. 

Sebagian besar cadangan devisa Afghanistan berada di luar negeri, dan saat ini tengah dibekukan. 

Baca Juga: Sadis! Taliban Mutilasi Seorang Gay di Afghanistan, Pacar Ungkap Kesedihan: Kami Layak Hidup

Mohammad Sharif, seorang pegawai toko di ibukota Kabul mengatakan bahwa toko-toko dan pasar masih memiliki persediaan. Namun kekhawatiran besarnya adalah kenaikan harga pangan. 

"Jika situasi terus berlanjut seperti ini, dan tidak ada pemerintah yang mengontrol harga, maka hal itu akan membawa banyak masalah bagi penduduk lokal," jelasnya. 

Tantangan yang dihadapi Taliban dalam menghidupkan kembali ekonomi dapat memberi keuntungan bagi negara Barat.

Mereka dapat mendesak kelompok tersebut memenuhi janji, untuk membentuk pemerintahan yang inklusif dan menjamin hak wanita. 

Baca Juga: Menlu Qatar Peringatkan Isolasi Taliban, Bisa Perburuk Kondisi Afghanistan

Taliban sendiri mengatakan bahwa mereka ingin membangun hubungan baik, dengan negara-negara lain, termasuk Amerika. 

Meski demikian, banyak warga Afghanistan yang ketakutan akan Taliban tidak terlalu berharap pada janji tersebut.

Mereka juga khawatir, kondisi ekonomi negara tidak akan memberi mereka banyak harapan.***

Editor: Naswandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah