Kematian Misterius Ratusan Gajah menjadi Perhatian Serius Bagi Dunia

2 Juli 2020, 11:48 WIB
Kematian Misterus gajah di beberapa tempat./dailymail /

JURNALPALOPO.com - Fenomena baru muncul di Bostwana. Ratusan gajah mati secara misterius dan kini dianggap sebagai bencana konservasi.

Tak kurang dari 350 gajah mati tanpa sebab. Beberapa foto udara menunjukkan bangkai hewan raksasa yang tersebar di Delta Okavango dan bagian utara Bostwana.

Dikutip dari Galamedianews, Kamis, 2 Juli 2020, Fenomena seperti ini pertama kali terjadi pada Mei lalu ketika 169 gajah mati mendadak di wilayah Delta Okavango yang merupakan habitat satwa liar yang berawa dan rimbun.

Baca Juga: Pesawat Garuda Rute Makassar - Cengkareng Tergelincir di Bandara Sultan Hasanuddin

Menurut laporan media setempat, pada pertengahan Juni, jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat dengan 70 persen kematian terjadi di sekitar air.

Fenomena yang terjadi sejak Mei lalu memicu kemarahan komunitas pencinta hewan serta aktivis konservasi alam dan fauna.

Fakta menunjukkan, pada kejadian sebelumya, para pemburu liar menggunakan racun sianida. Sampai saat ini pemerintah Botswana belum menguji bangkai gajah untuk mencari jejak racun atau patogen. Namun kemungkinan kematian akibat Anthrax dianggap tidak mungkin.

Direktur konservasi di National Park Rescue kepada The Guardian Niall McCann mengatakan, “Ini kematian massal dengan level yang belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat lama. Di luar musim kemarau, aku tidak pernah melihat kasus kematian seperti ini.”

Baca Juga: Jepang Mulai Mengenakan Biaya Untuk Kantong Plastik 

Dikutip dari GalamediaPara ilmuwan  mendesak pemerintah untuk menguji bangkai hewan-hewan tersebut untuk memastikan kematian mereka tidak menimbulkan risiko bagi kehidupan manusia. Sebab penularan patogen dari manusia ke hewan saat ini menjadi prioritas dunia.

Sementara itu warga setempat melaporkan mereka melihat gajah berjalan berputar-putar. Ini menunjukkan adanya gangguan neurologis baik akibat patogen ataupun racun.

McCann menambahkan, bangkai gajah ditemukan dengan posisi yang tidak biasa atau bisa dibilang aneh. “Anda lihat bangkai gajah ini, beberapa dalam posisi wajah tepat di tanah, ini menunjukkan bahwa mereka mati dengan sangat cepat. Yang lainnya jelas mati lebih lambat, seperti yang dialami gajah yang tak menetap. Jadi sangat sulit memastikan racunnya.”

Dr. Cyril Taolo, penjabat direktur departemen margasatwa dan taman nasional Botswana mengatakan, "Kami mengetahui kasus gajah -gajah yang sekarat ini. Dari 350 gajah , kami mengonfirmasi 280 di antaranya. Kami masih dalam proses mengonfirmasi sisanya.”

Baca Juga: 30 Personil Polres Palopo dan 1 orang PNS Naik Pangkat Saat Peringatan Hari Bhayangkara ke- 74

Taolo menyebut pembatasan aktivitas selama Covid-19 membuat pemrosesan untuk tes gajah berjalan lamban. Ia menyebut hasil sejumlah tes telah dikirim ke negara lain untuk dianalisis.

Sedikitnya pemakan bangkai, burung nasar di sekitar bangkai gajah juga membuat warga meyakini ada sesuatu di luar fenomena alam yang menyebabkan kematian ratusan gajah tadi. Pandemi Covid-19 masuk sebagai kemungkinan pemicu kematian misterius ini.

Meskipun populasi gajah Afrika secara keseluruhan menurun karena perburuan liar, di Botswana jumlahnya terus bertambah. Negara Afrika selatan tersebut menjadi rumah bagi sepertiga gajah di Benua Hitam yang ikut meningkatkan populasi dari 80.000 menjadi 130.000.

Ada sekitar 15.000 gajah di delta Okavango dan turisme margasatwa diperkirakan menghasilkan 12 persen PDB. Namun gajah masih dalam ancaman karena petani masih melihatnya sebagai gangguan yang merusak tanaman, selain perburuan.

Baca Juga: Peduli Bencana Tanah Longsor, HMI Cabang Palopo Salurkan Bantuan

Presiden Mokgweetsi Masisi tahun lalu mencabut larangan lima tahun untuk perburuan buruan besar yang diberlakukan oleh presiden sebelumnya Ian Khama. Tetapi pembatasan aktivitas selama Covid-19 membuat musim perburuan tahun ini ditiadakan.

McCann mengatakan kematian gajah baru-baru ini merupakan bencana konservasi. Ia menilai negara gagal melindungi salah satu asetnya yang paling berharga.***

(Penulis : Mia Fahrani)

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Galamedia

Tags

Terkini

Terpopuler