Pemimpin Dunia Coba Cegah WWE Rusia-Ukraina, AS Justru Lontarkan Tuduhan Tak berdasar Kepada Moskow

5 Februari 2022, 20:25 WIB
ilustrasi penumpukan militer Rusia di perbatasan Ukraina. /pixabay/ArmyAmber

JURNAL PALOPO - Tensi perbatasan antara Rusia dan Ukraina kian memanas setelah Kremlin menambah pasukan.

Rusia dikabarkan telah mengirimkan sekitar 130.000 tentara ke dekat perbatasan Ukraina.

Penumpukan pasukan ini menurut pengamat bertujuan untuk menyerang Ukraina atau memulai perang dunia tiga (WWE).

 Baca Juga: Baca Tuntas! Haram Beri Anak Nama Malaikat, Buya Yahya Berikan Pengecualian

Penilaian militer Ukraina terhadap kemampuan Rusia berbeda dari yang diberikan Pentagon pekan lalu.

Pentagon menyebutkan bahwa Moskow telah mengerahkan pasukan dan perangkat keras militer yang cukup untuk melakukan invasi penuh.

Selain puluhan ribu tentara yang telah ditempatkan di Krimea, Rusia juga mengerahkan dua kelompok taktis batalyon tambahan.

Ini termasuk satu kelompok pasukan lintas udara dan satu lagi yang tiba dengan peralatan dan baju besi senilai 10 kereta, kata pejabat senior Ukraina.

Baca Juga: 11 Pemain Absen, Persija Jakarta Siap Menjatuhkan Pemuncak Klasemen

Gambar satelit yang dirilis oleh Maxar, sebuah perusahaan teknologi ruang angkasa, minggu ini mengkonfirmasi penumpukan kekuatan di Krimea.

Mereka menunjukkan penambahan banyak kamp tenda di daerah yang dekat dengan peralatan militer.

"Anda telah melihat gambar truk berbaris itu bukan dalam formasi taktis atau ofensif. Itu formasi untuk pertunjukan," kata Jenderal Breedlove dikutip dari New York Times.

Di luar Krimea, analis militer mengatakan mungkin hanya beberapa minggu sebelum pasukan bulan sabit yang dikerahkan di sepanjang perbatasan utara, timur dan selatan Ukraina siap beraksi.

Baca Juga: Sadar Posisi Serge Gnabry, Real Madrid Pancing 'Masalah' di Kolam Bayer Munchen Bersama Duo Inggris

Pada hari Jumat lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden China, Xi Jinping bertemu dan mengeluhkan tatanan internasional yang dipimpin AS.

Daniel Kritenbrink, diplomat top AS untuk Asia Timur, mengatakan bahwa Moskow dan Beijing semakin dekat untuk bekerja sama.

"Jika Rusia memilih untuk menyerang Ukraina, langkah itu bisa mempermalukan Beijing karena itu menunjukkan bahwa China bersedia untuk mentolerir atau diam-diam mendukung upaya Rusia untuk memaksa Ukraina," katanya seperti dikutip Jurnal Palopo dari The Washington Post.

Ukraina tidak disebutkan dalam dokumen bersama yang dikeluarkan oleh Moskow dan Beijing pada hari Jumat lalu.

Baca Juga: Miliki Pahala Luar Biasa Tapi Kadang Dilewatkan Usai Shalat, Ustadz Adi Hidayat Bilang Begini

Awal pekan ini, AS menuduh Rusia akan membuat serangan palsu terhadap wilayah atau warganya sendiri oleh pasukan Ukraina sebagai dalih untuk menyerang tetangganya.

Tuduhan tersebut telah menarik bantahan keras dari Moskow. Kedutaan Besar Rusia di Washington mengatakan tuduhan AS dapat digunakan sebagai alibi untuk kemungkinan operasi militer di wilayah Donbas yang diperebutkan Ukraina.

“Washington telah memprovokasi seluruh dunia selama beberapa bulan dengan pernyataan bahwa Ukraina akan menjadi korban 'agresi Rusia.'” kata Duta Besar Anatoly Antonov kepada Newsweek.

Sementara itu, Presiden Prancis,Emmanuel Macron dan kanselir Jerman, Olaf Scholz akan menuju ke Moskow dan Kyiv dalam beberapa minggu mendatang.

Baca Juga: 3 Tips dari Zaidul Akbar Buat Atasi Sakit Gigi

Keduanya memiliki agenda upaya diplomatik untuk mencoba mencegah Vladimir Putin meluncurkan invasi ke Ukraina.

Emmanuel Macron dijadwalkan mengunjungi Moskow pada Senin dan Kyiv pada Selasa, sementara Olaf Scholz akan melakukan perjalanan ke Kyiv pada 14 Februari dan Moskow pada 15 Februari.

Kunjungan itu dilakukan karena China telah mendukung permintaan Rusia agar NATO dilarang melakukan ekspansi ke Ukraina.

Selain itu karena Amerika Serikat menuduh Kremlin tentang rencana mengarang serangan oleh pasukan Ukraina yang dapat digunakan Rusia sebagai dalih untuk menyerang.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Washington Post New York Times Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler