Pemegang Adat Pancai Pao Menegaskan Istilah Wija to Luwu jangan Dibawa ke Ranah Politik

- 5 Oktober 2020, 12:21 WIB
Abidin Arief, pemegang adat Pancai Pao
Abidin Arief, pemegang adat Pancai Pao /*



JURNALPALOPO - Berbagai kekhawatiran muncul jelang Pilkada 2020. Terutama di dua kabupaten di Luwu Raya, yakni Luwu Utara dan Luwu Timur.

Salah satunya penyematan istilah 'Wija to Luwu' kepada calon kontestan pemilu maupun pilcaleg seperti di musim politik tahun ini.

Penyematan istilah 'Wija to Luwu' dianggap keliru karena dalam sejarah Tana Luwu, istilah tersebut tidak pernah ada.

Baca Juga: Perpanjang Masa Belajar di Rumah, Gubernur Sulsel Terbitkan Surat Edaran

Baca Juga: Tetapkan Batas Tertinggi Biaya Swab Mandiri, Prof Kadir : Berlaku Setelah Surat Edaran Keluar

Abidin Arief selaku pemegang mandat Adat Pancai Pao mengutarakan hal tersebut.

Dilansir dari Info Malangke, Abidin Arief khawatir jika istilah tersebut selalu dikembangkan oleh kelompok-kelompok tertentu, maka secara otomatis orang tersebut mengkerdilkan kerajaan Luwu dan mendeskreditkan orang pendatang.

Dia menjelaskan bahwa dalam falsafah Tana Luwu sangat jelas. Siapapun yang sudah menginjakkan kaki di tanah Luwu, sudah makan dan minum airnya serta bermalam di tanah Luwu, maka orang itu sudah menjadi orang Luwu.

Dengan tegas Abidin mengingatkan agar isu Wija to Luwu atau bukan tidak lagi dimasukkan ke dalam ranah politik.

Baca Juga: Faktanya Tertawa dapat Memberi Manfaat bagi Kesehatan Tubuh, ini Penjelasannya

Baca Juga: Ketahui Tingkatan Neraka serta Calon Penghuninya Agar Kita tetap Beriman Kepada-Nya

Hal tersebut mengingat Kedatuan Luwu di Sulawesi Selatan bukanlah kerajaan kecil. Kerajaan ini punya keterikatan dengan daerah lain seperti Soppeng, Bone dan Gowa.

Dikatakan Abidin, Istilah yang sebenarnnya adalah Bija to Luwu. Namun begitu, gelar Bija to Luwu tak begitu saja dapat disematkan ke pribadi seseorang.

Bahkan seorang Walikota atau Bupati pun tidak serta merta mendapat gelar tersebut. Dia harus punya prestasi yang baik agar disematkan gelar Bija to Luwu.

“Apakah dia walikota atau bupati yg punya prestasi baik, itulah yang berhak mendapatkan gelar Bija to Luwu,” kata Abidin.

Baca Juga: Ini Zodiak Cowok yang Paling Mudah Jatuh Cinta, Pisces Mudah Banget Baperan

Baca Juga: Murah dan Banyak, Ini Rekomendasi Rumah Makan di Kota Makassar yang Bisa Anda Kunjungi

Tentang berdemokrasi yang baik, kata Abidin, Tana Luwu selalu terbuka untuk siapa saja,  sepanjang niatnya baik, terlebih jika ingin berbuat baik.

“Berbicara tentang urusan politik itu urusan suka atau tidak suka sebab tiap-tiap orang mempunyai pandangan dan kepentingan yang berbeda.

"Jika kita tidak mendukung seseorang dalam pergolakan politik, mungkin sebaiknya kita memilih diam ketimbang kita menggiring isu menyesatkan yang akhirnya merugikan keluarga kita sendiri,” kata Abidin lagi.

Olehnya itu, Abidin mengajak untuk memberi apresiasi bagi siapa saja yang ingin berbuat baik untuk tana Luwu.

Baca Juga: Dialog dengan Kelompok Tani Kecamatan Sabbang Selatan, Ini Tawaran Suaib Mansur untuk Pertanian

Baca Juga: Sebagai Penunjang Operasional di Wilayah Kelurahan, Walikota Palopo Serahkan 16 Unit Kendaraan Dinas

“Seharusnya kita apresiasi, bukan mencaci maki, sebab Luwu punya motto yang jelas, sipakatau, sipakaraja, sipakalebbi dan sipakainge,” tutup Abidin.***

Editor: Gunawan Bahruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x