JURNAL PALOPO - Pertahanan udara Indonesia akan semakin kuat dengan akan datangnya beberapa jet tempur seperti Rafale dan K-21 Boramae dalam waktu dekat.
Selain jet tempur Rafale dan K-21 Boramae, Indonesia juga berminat menambah kekuatan udara dengan membeli pesawat tanpa awak (drone) asal Turki yakni Bayraktar TB3.
Drone ini adalah Bayraktar TB2 yang telah diupgrade dan lebih berat sehingga dapat beroperasi dari kapal induk dan dok helikopter pendarat (LHD).
Baca Juga: Pengen Punya Hp tapi Budget Rp2 Jutaan? Ini 3 Smartphone Rekomendasi dengan Spek 'Gila' untuk Anda
Angkatan Laut (AL) Indonesia telah bereksperimen dengan menggunakan UAV sayap tetap dari dek helikopter salah satu korvet kelas Diponegoro buatan Belanda.
Meskipun UAV hanya bisa lepas landas dari kapal dan harus mendarat di pangkalan udara, upaya tersebut jelas menunjukkan bahwa Indonesia tertarik untuk mengoperasikan UAV sayap tetap dari sebuah kapal.
TNI AL Indonesia saat ini mengoperasikan tujuh armada dermaga platform pendaratan (LPD), tiga di antaranya digunakan sebagai kapal rumah sakit.
Sebagian besar LPD dibangun oleh PT PAL Indonesia, yang memperoleh lisensi untuk membangun kelas Makassar dari Dae Sun Shipyard, perusahaan asal Korea Selatan.
Baca Juga: Khawatir dengan China dan Rusia, Amerika Buat Simulasi Pertarungan F-22 Raptor vs Chengdu J-20 China
Pada Juni 2014 PT PAL menandatangani kontrak senilai $92 juta atau sekitar Rp1,32 triliun untuk pengiriman dua LPD ke Angkatan Laut Filipina.