Peneliti Temukan Cara Pengisian Baterai dengan Cepat Untuk Mobil Terbang

- 9 Juni 2021, 07:39 WIB
Ilustrasi helikopter.
Ilustrasi helikopter. /Unsplash.com/Steve/

JURNAL PALOPO - Tim peneliti di Pennsylvania State University terus mengeksplorasi kendaraan yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal.

Namun kali ini berbeda dari yang lain karena yang diteliti adalah kendaraan berbasis listrik atau eVTOL.

Tim peneliti ini terus mencoba dan merancang model kendaraan tersebut serta menguji sumber daya yang akan digunakan.

Baca Juga: Bareskrim Polri Tolak Laporan ICW, Terkait Kasus Dugaan Gratifikasi Ketua KPK Firli Bahuri

“Saya pikir mobil terbang memiliki potensi untuk mengeliminasi banyak waktu dan meningkatkan produktivitas dan membuka koridor langit untuk transportasi,” kata Chao-Yang Wang, pemegang William E. Diefender Ketua Teknik Mesin dan direktur Pusat Mesin Elektrokimia, Negara Bagian Penn. 

Menurut Wang, model kendaraan yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal listrik merupakan tantangan tersendiri untuk baterai.

Melansir Pennsylvania State University, Rabu, 9 Juni 2021, para peneliti telah menetapkan persyaratan teknis untuk baterai kendaraan tersebut.

Prototipe baterai tersebut juga sudah dilaporkan di Joule, menurut laporan Pennsylvania State University.

Baca Juga: CEO Amazon Jeff Bezos Ajak Saudaranya Terbang Ke Luar Angkasa Bulan Juli, Wujudkan Mimpi Sejak Kecil

"Baterai untuk mobil terbang membutuhkan kepadatan energi yang sangat tinggi agar Anda dapat tetap berada di udara," kata Wang.

Kendaraan ini membutuhkan daya yang sangat tinggi saat lepas landas dan mendarat karena bergerak secara vertikal.

Selain itu menurut Wang, baterai yang digunakan juga perlu pengisian yang cepat karena ada kemungkinan kendaraan ini dibutuhkan di jam-jam sibuk.

"Secara komersial, saya perkirakan kendaraan ini melakukan 15 perjalanan, dua kali sehari selama jam sibuk untuk menetapkan biaya kendaraan," kata Wang.

Baca Juga: Minibus Pecah Ban Akibatkan Kecelakaan Tunggal di Bombana, 6 Mahasiswa UHO Meninggal Dunia

Selain kecepatan pengisian, bobot dari baterai juga jadi pertimbangan karena harus mengangkat dan mendaratkan baterai.

Menurut Wang, eVTOL memiliki kecepatan rata-rata 160 km/jam untuk perjalanan singkat setelah lepas landas, sementara untuk perjalanan jauh mampu mencapai 300 km/jam.

Terdapat dua baterai litihium-ion padat yang dapat diisi ulang dengan energi untuk perjalanan 80 km dalam lima hingga sepuluh menit.

Baterai ini diperkirakan mampu bertahan hingga 2.000 kali pengisian cepat atau bisa lebih selama masa pakainya.

Baca Juga: Matahari atau Mawar? Pilihan Bunga Favorit Ungkap Tentang Kepribadian Anda

Wang dan timnya yang terus meriset menemukan bahwa kunci mempertahankan baterai agar awet adalah dengan memanaskannya.

Hal ini memungkinkan pengisian cepat tanpa adanya lonjakan energi lithium yang merusak baterai dan berbahaya.

Cara ini juga memungkinkan pelepasan energi yang tersimpan di baterai dengan cepat untuk melakukan lepas landas ataupun pendaratan.

"Dalam keadaan normal, tiga atribut yang diperlukan untuk baterai eVTOL bekerja melawan satu sama lain," kata Wang.

Baca Juga: Prabowo Mengenang 100 Tahun Kelahiran Presiden Soeharto, Netizen: Kangen Pak Harto

"Kepadatan energi yang tinggi mengurangi pengisian cepat dan pengisian cepat biasanya mengurangi jumlah kemungkinan siklus pengisian ulang. Namun kami dapat melakukan ketiganya dalam satu baterai."

Salah satu aspek unik dari eVTOL adalah baterai yang digunakan harus selalu mempertahankan dayanya.

Biasanya, pengisian ulang melambat saat baterai terisi. Namun, dengan memanaskan baterai, pengisian ulang dapat tetap dalam kisaran lima hingga sepuluh menit.***

Editor: Gunawan Bahruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x