Kronologi Intimidasi hingga Penyensoran oleh Aparat Keamanan di Surabaya yang Dialami Jurnalis

9 Oktober 2020, 14:44 WIB
Ilustrasi jurnalis /pixabay/AndyLeungHK

JURNALPALOPO – Berbagai kejadian yang dilaporkan terkait intimidasi dan upaya penyensoran hasil dokumentasi terhadap jurnalis yang bertugas saat aksi unjuk rasa tolak RUU Cipta Kerja.

Buah aksi unjuk rasa tolak RUU Cipta Kerja/Omnibus law sejak 6 hingga 8 Oktober 2020 oleh buruh dan mahasiswa.

Setidaknya ada lima kejadian intimidasi dan upaya penyensoran terhadap jurnalis yang bertugas.

Baca Juga: Usai Insiden Mikrofon Mati, Instagram Ketua DPR RI Dibanjiri Lebih 200 Ribu Komentar

Selain dilakukan aparat keamanan, intimidasi dan penyerangan juga dilakukan demonstran.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Surabaya melalui surat peryataan sikap, Jumat 9 Oktober 2020, menilai aparat keamanan melakukan intimidasi, serangan dan upaya penyensoran saat berlangsung aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya pada 8 Oktober 2020.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya oleh Media Blitar dengan judul Jurnalis Alami Intimidasi Hingga Penyensoran Oleh Aparat Keamanan di Surabaya, Berikut Kronologinya.

Adapun Lima laporan dengan kronologi singkat, sebagai berikut:

Baca Juga: Ada Sosok Aktor Jefri 'Nathan' Nichol di Aksi Tolak UU Cipta Kerja, Warganet Heboh

1. Farid Miftah Rahman, jurnalis CNN Indonesia mengalami intimdasi oleh aparat keamanan saat unjuk rasa di depan Grahadi mulai ricuh.

Sejumlah polisi berseragam mengerumuninya dan berusaha merampas dan membanting ponselnya.

Para polisi ini tidak terima aksinya kekerasan yang dilakukan aparat keamanan terhadap pendemo yang tertangkap, didokumentasikan Miftah.

Seorang polisi mengancam dengan kalimat ‘Mas, mau saya pentung!’. Miftah sudah mengaku sebagai jurnalis saat ancaman itu ia dapatkan.

Baca Juga: Cerita dan Harapan Salsha di Single Terbarunya 'Dimana Dirimu'

2. Ahmad Mukti, fotografer Portal Surabaya diintimidasi dua anggota kepolisian dengan memaksanya menghapus file-file foto hasil liputan.

Ahmad sempat menghapus hasil liputannya karena merasa terancam. Ahmad diapit dua orang di Jalan Gubernur Suryo, tepatnya di seberang SMA Negeri 6.

Ia mendapatkan bantuan dari jurnalis lain yang melawan dua orang tersebut sehingga file-file foto Ahmad bisa diselamatkan.

Ahmad memakai kartu pers dan sudah mengatakan dirinya jurnalis.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Aquarius Hari ini, Dari Persoalan Cinta hingga Kesehatan

3. Agoes Sukarno, jurnalis foto CNN Indonesia TV, diserang dengan lemparan batu oleh peserta unjuk rasa saat mengambil gambar aksi saling lempar antara peserta unjuk rasa dengan aparat.

Selain diserang demonstran, Agoes juga diintimidasi sejumlah aparat keamanan.

Dua kali dalam momen berbeda, intimidasi ini dilakukan aparat keamanan di Jalan Pemuda.

Pertama, saat Agoes merekam polisi yang mengentikan ambulans dan menyeret keluar orang di dalamnya, kemudian menganiayanya.

Baca Juga: 4 Jenis Buah Ini Bisa Menyembuhkan Rasa Sakit Gigimu

Kedua, saat Agoes merekam penganiayaan yang dilakukan polisi terhadap pengunjukrasa yang tertangkap.

Polisi memintanya tidak merekam dan menghapus rekaman yang ada. Agoes sudah mengaku sebagai jurnalis kepada petugas keamanan yang mengintimidasinya.

4. Miftah Faridl, koresponden CNN Indonesia TV, empat kali bersitegang dengan aparat keamanan yang memaksa jurnalis peliput menghapus file-file gambar liputan, baik miliknya maupun jurnalis lain.

Intimidasi ini berkaitan dengan liputan yang merekam aksi aparat keamanan menganiaya pendemo yang tertangkap.

Baca Juga: Ramalan Menyebut 3 Zodiak Ini yang Paling Tertarik pada Aquarius

Pada peristiwa ketiga, Faridl ditantang berkelahi seorang polisi yang melarangnya mengambil gambar. Farid sudah mengaku sebagai jurnalis saat polisi mengintimidasinya.

“Kami menilai aneh aparat keamanan yang paham hukum masih menggunakan cara-cara intimidatif dan penyensoran untuk mengontrol kerja-kerja jurnalis. Tentu kami paham tensi situasi di lapangan saat itu.

"Tugas jurnalis merekam apa yang terjadi secara jujur dan sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalistik. Tensi panas yang dihadapi, baik aparat keamanan dan demonstran, tidak bisa menjadi pembenar aksi penyerangan, intimidasi dan sensor,” tulis Miftah Faridl sebagai perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Surabaya.

5. Gancar Wicaksono, jurnalis foto CNN Indonesia TV, diintimdasi enam polisi tak berseragam

Baca Juga: Pasca Unjuk Rasa UU Omnibus Law Cipta Kerja, Polres Palopo Lakukan Pembersihan

Mereka memaksa agar Gancar menghapus file-file gambar polisi yang menganiaya demonstran yang tertangkap dan hendak merebut kamera Gancar di Jalan Gubernur Suryo, tepatnya depan Alun-Alun Surabaya.

Gancar sempat melawan dengan menghalangi upaya paksa aparat keamanan yang hendak mengambil kameranya.

Gancar berhasil melindungi hasil liputannya. Gancar sudah mengaku sebagai jurnalis saat polisi berusaha merebut dan menghapus file liputan dari kameranya.

***

(Media Blitar/Rezky Putri Harisanti)

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Media Blitar

Tags

Terkini

Terpopuler