Beijing Pegang Kartu Truf Moskow, Ekonomi Rusia Bisa Selamat dari Sanksi AS jika China Terlibat

- 11 Maret 2022, 19:17 WIB
China memiliki kartu truf untuk menyelamatkan ekonomi Rusia yang mendapat sanksi dari AS dan Barat
China memiliki kartu truf untuk menyelamatkan ekonomi Rusia yang mendapat sanksi dari AS dan Barat /Reuters

JURNAL PALOPO - Ketika Amerika Serikat dan sekutunya menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia, mata dunia tertuju pada China.

Kekuatan global China sedang tumbuh. Beijing menjalin hubungan keuangan yang erat dengan negara-negara yang tidak mau didikte Amerika, termasuk Rusia.

Untuk membantu Rusia menghindari sanksi, China harus menawarkan pengganti yang layak untuk dolar Amerika.

Baca Juga: 6 Alasan Mengapa Tidur Siang Jadi Teman Baik si Introvert

 

Tetapi risiko membantu Rusia menghindari kehancuran ekonomi mungkin lebih besar bagi China daripada hadiah apa pun yang mungkin didapat.

Sebagian besar ekonomi China sendiri bergantung pada dolar AS dan bangunan keuangan yang menopangnya.

Perusahaan Cina aktif di seluruh dunia, menggunakan sistem keuangan Amerika untuk membayar karyawan, membeli bahan dan melakukan investasi.

Cina adalah eksportir terbesar di dunia, dan barang-barangnya dibayar paling banyak menggunakan dolar.

Baca Juga: Teja Paku Alam dan Adilson Maringa Bersaing Jadi Kiper Terbaik, Respon Andritany Mencengangkan Publik

Jika Beijing melanggar sanksi terhadap Rusia, stabilitas keuangan China sendiri akan terancam.

Meski begitu, masih sangat mungkin bagi China untuk terus menjual barangnya ke Moskow.

China sendiri telah berulang kali mengkritik langkah pemberian sanksi kepada Rusia.

Perdana Menteri, Li Keqiang mengatakan bahwa sanksi yang relevan akan merugikan pemulihan ekonomi dunia.

Baca Juga: AS Kelabakan Cari Pemasok Setelah Sanksi Larangan Impor Minyak Rusia, Hanya 1 Negara yang Bisa Membantu

Beijing dapat mendirikan bank untuk membantu memindahkan uang Rusia seperti yang telah dilakukan untuk Iran dan Korea Utara.

Bank Investasi Infrastruktur Asia yang dipimpin China pekan lalu mengatakan akan menunda pinjamannya ke Rusia dan Belarus karena perang di Ukraina.

“Bank-bank China sedang mencoba untuk mengurangi eksposur mereka ke Rusia,” kata Raymond Yeung dari ANZ Bank dikutip dari New York Times

“Anda dapat mengatakan bahwa teori China yang menawarkan alternatif keuangan ke Rusia tetap dipertanyakan,” katanya.

Baca Juga: Kemenangan Rusia Terancam Gagal, Menhan Ukraina Bagikan Cara Menang dalam Perang

Namun demikian, regulator perbankan China mengatakan bahwa bank tidak serta merta memutuskan hubungan mereka dengan Rusia.

Negara-negara Barat telah mengunci Moskow dari sistem pengiriman pesan dan pembayaran keuangan Swift, yang mengecualikan bank-bank Rusia dari transaksi internasional.

China telah mengembangkan layanan pesan alternatif bagi lembaga keuangan untuk mengomunikasikan transaksi lintas batas.

Tetapi layanan itu beroperasi dalam skala kecil dan sebagian bergantung pada teknologi yang terjerat dalam sanksi.

Baca Juga: UEA Lontarkan Pernyataan Kontradiktif Soal Minyak, Seakan Ingin Menyampaikan Pesan 'Amerika Butuh Kami'

Setelah Visa dan Mastercard menghentikan operasinya di Rusia, beberapa bank Rusia beralih ke UnionPay China, yang menawarkan opsi pembayaran di sekitar 180 negara.

Agar China menawarkan pemrosesan pembayarannya sendiri, transaksi tidak boleh dalam dolar untuk menghindari hukuman.

Ditambah lagi Rusia punya cadangan uang di Cina melalui bank sentral, investasi pemerintah, dan perjanjian pinjaman jangka panjang.

Sebagian besar uang tersebut diikat dalam obligasi dan dalam mata uang renminbi. 

Baca Juga: Peluang Juara Makin Menipis, Persib Bandung Makin Optimis Rebut Gelar Juara Liga

Sisanya terikat dalam perjanjian antara bank sentral kedua negara yang masing-masing berkomitmen untuk pinjaman jangka pendek tanpa bunga senilai $24 miliar jika terjadi keadaan darurat.

Opsi yang lebih berisiko secara diplomatis adalah China mencuci uang untuk Rusia melalui bank kecil China yang didirikan khusus untuk menghindari sanksi.

Tetapi Beijing telah memberikan beberapa indikasi bahwa mereka tidak bersedia melakukan pencucian uang Rusia.

Inilah yang dilakukan China National Petroleum Corporation pada tahun 2009 ketika membeli sebuah bank kecil di provinsi barat laut China Xinjiang dan menamainya Bank Kunlun.

Baca Juga: Jangan Stres! 5 Tips Ampuh untuk Menenangkan Pikiran di Sela Pekerjaan Padat

Bank tersebut membantu Iran melakukan transaksi senilai ratusan juta dolar.

Dalam skenario yang sama, perusahaan minyak Beijing dapat membayar perusahaan Shell dan pejabat perusahaannya di China dengan biaya yang sangat besar untuk memperdagangkan minyak atas namanya.

Dalam skenario lain, perusahaan-perusahaan China dengan dukungan negara dapat meraup saham Barat di beberapa perusahaan minyak dan gas terbesar Rusia.

Raksasa Amerika dan Eropa seperti Shell dan BP telah mengumumkan akan keluar dari Rusia, tetapi tidak banyak pembeli yang jelas selain perusahaan milik negara China.

Baca Juga: 3 Pemain Persib Bandung Disanksi Komdis PSSI Gara-gara Hal Ini, Momen Musim 2018 Kembali Menghantui?

Meski semua itu bisa dilakukan, terapi ada satu kenyataan pahit dimana renminbi tidak dapat menyelamatkan rubel.

Rubel jatuh dan telah menghapus banyak kekayaan negara. Satu-satunya cara bagi Rusia untuk menopangnya adalah Beli dolar AS.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah