AS Semakin Terdesak di Asia, China dengan Hulu Ledak Nuklirnya, India-Indonesia dengan S-400 dan Sukhoi Su-35

- 14 November 2021, 14:47 WIB
Senjata pertahanan S-400 yang akan dibeli India dan Sukhoi Su-35 yang menjadi incaran Indonesia yang kedua-duanya buatan Rusia.
Senjata pertahanan S-400 yang akan dibeli India dan Sukhoi Su-35 yang menjadi incaran Indonesia yang kedua-duanya buatan Rusia. /Kolase/tass

JURNAL PALOPO - Amerika Serikat semakin tertekan di tengah peningkatan militer beberapa negara Asia yang tidak bergantung pada AS.

Sebut saja China yang sedang mengembangkan pesawat siluman J-20 dan J-31 serta meningkatkan hulu nuklir mereka.

Selain China, ada India yang telah membuat kesepakatan dengan Rusia untuk lima sistem pertahanan udara S-400 senilai US$ 5 miliar (sekitar Rp 70 triliun).

Baca Juga: Sinopsis Balika Vadhu ANTV Hari Ini, Mertua Jagdish Hina Anandi Sebagai Dalang Kecelakaan Gauri

Ini jelas membuat Washington was-was sekaligus memberi Joe Biden PR akhir tahun.

Bahkan karena kesepakatan tersebut, India bisa jadi akan mendapat sanksi dari AS, sama dengan Indonesia.

Adalah Countering America's Adversaries Through Sanctions Act, atau CAATSA, undang-undang tahun 2017 yang mendapat dukungan luas di Kongres yang menghukum negara-negara karena membuat kesepakatan senjata besar dengan Rusia, pengekspor senjata terbesar kedua di dunia.

Ada dua negara yang telah mendapat sanksi dari Amerika, keduanya adalah Turki dan China yabg lebih sulu membeli S-400.

Baca Juga: Sinopsis Balika Vadhu 14 November 2021, Pernikahan Asha dan Abhishek Terhalang Madam Singh

Selama beberapa dekade yang lalu, India sebenarnya merupakan pelanggan tetap AS, Rusia, Prancis dan Israel dalam hal belanja senjata.

Namun dalam beberapa tahun terakhir Washington telah mencoba untuk menyapih India dari peralatan Rusia.

Tetapi Rusia unggul di beberapa hal seperti sistem utama pertahana, kapal selam nuklir dan kapal perang termasuk sistem pertahanan udara S-400 yang ditawarkan ke India.

Asisten menteri luar negeri untuk urusan politik-militer di bawah pemerintahan Trump, sekarang di Dewan Atlantik, R. Clarke Cooper, mengomentari kesepakatan India dengan Rusia.

Baca Juga: Buntut Ejekan dan Penolakan AS, Indonesia Lirik Su-35, Bukti Indonesia Tidak Bergantung pada Amerika

Ia mengatakan bahwa pembelian S-400 berpotensi membahayakan interoperabilitas dengan Amerika Serikat serta dengan mitra lainnya.

Undang-undang CAATSA 2017 datang sebagai tanggapan atas pencaplokan Krimea oleh Rusia, dan ditujukan untuk mencegah negara-negara membeli peralatan Rusia sambil juga menghukum industri senjata negara itu.

Namun, mengingat ukuran ekspor senjata Rusia ke kawasan Asia-Pasifik, pemerintahan Trump dan Biden bekerja untuk menyeimbangkan undang-undang agar tidak memusuhi sekutu yang sedang berkembang dengan sejarah panjang membeli peralatan Rusia.

Tak hanya India dan China saja yang bikin AS ketar-ketir dengan persejataan S-400, tetapi ada juga Indonesia yang melirik Sukhoi Su-35.

Baca Juga: Lowongan Kerja : Indonesia G-Shank Precision Mencari Supervisor Quality Control

Upaya Indonesia mendatangkan Sukhoi Su-35 menjadi fokus perhatian Amerika Serikat.

Tak tanggung-tanggung Indonesia berencana membeli Sukhoi Su-35 sebanyak 11 unit pesawat tersebut.

Ini seperti pembuktian bahwa Indonesia tidaklah terlalu bergantung pada Amerika Serikat dalam hal persenjataan. Ini pulalah yang membuat AS menjadi geram.

Hal ini terlihat dari ancaman sanksi yang diberikan AS apabila Indonesia jadi mendatangkan  Su-35 buatan Rusia tersebut.

Baca Juga: New York- London hanya Ditempuh 90 Menit, Hermeus Ciptakan Pesawat Super Duper Cepat

Jika Indonesia berhasil mendatangkan Su-35, maka ini akan jadi kemenangan Indonesia atas ancaman sanksi sekaligus tamparan buat AS.

Terlebih lagi AS menolak keinginan Indonesia untuk membeli F-35, sekalipun jadi, Indonesia diminta untuk menunggu beberapa tahun lagi untuk bisa mendatangkan pesawat tersebut.

Selain itu, ini karena ejekan Wakil presiden analisis di Teal Group dari AS, Richard Aboulafia, yang menyebut Indonesia tidak mampu membeli jet tempur baru karena anggaranya kecil.

Ia bahkan menyebut Indonesia suka berbelanja namun tak membeli.

Baca Juga: Head To Head TF-X Vs KF-X/IF-X, Turki atau Korea Selatan dan Indonesia yang Lebih Unggul?

"Mereka suka berbelanja, tetapi membeli adalah cerita lain," katanya seperti dikutip dari Zona Jakarta yang mengutip dari Politico, Minggu 14 November 2021.

Namun Richard menjelaskan pemerintah AS kelabakan kala Indonesia menyatakan niatnya membeli Su-35.

Hal yang wajar jika Indonesia melirik Su-35 karena pesawat ini mempunyai segala aspek yang dibutuhkan oleh Indonesia.

Kemampuan multi misi hingga loadout super banyak menjadi kelebihan tersendiri Su-35.

Baca Juga: Gagal di F-35, Masih ada KF-21, Indonesia Bayar Korea Selatan dengan 2 Skema Ini

Su-35 dilengkapi berbagai macam senjata seperti rudal udara ke udara, udara ke permukaan hingga smart bom presisi.

Dalam sekali mengudara, Su-35 mampu melaksanakan berbagai tugas tanpa harus mendapat untuk bongkar pasang senjata.

Radar PESA yang diklaim mampu melacak target sejauh 350 km juga jadi kelebihan sendiri Su-35.

Sistem IRST juga membuat Su-35 mampu mengendus jet tempur siluman macam F-35.

Namun di balik kelebihan itu, Indonesia harus menanggung biaya operasional Su-35 yang mencekik leher. Untuk sekali terbang, pesawat ini akan menghabiskan biaya Rp 510 juta.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Zona Jakarta Jurnal Palopo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah