Para peneliti mempertanyakan uji vaksin dengan cara menginfeksi Manusia

3 Juli 2020, 07:24 WIB
Ilustrasi Vaksin. /Pixabay/geralt /

JURNALPALOPO.com - Salah satu cara cepat untuk mengetahui sistem imun bekerja melawan virus corona adalah dengan menginveksi virus tersebut ke tubuh.

Para pendukung teori ini menyebutnya sebagai tantangan percobaan manusia. Menurut mereka ini dapat menghemat waktu daripada harus melakukan tes atau vaksinasi dengan cara biasa yang akan memakan waktu lama.

Uji coba seperti ini sudah pernah dilakukan untuk menguji vaksin tipus, kolera, malaria dan penyakit lainnya. Untuk malaria sendiri, sukarelawan memasukkan tangan mereka ke kamar yang penuh dengan nyamuk untuk digigit.

Baca Juga: Trump Dinilai Telah Kibarkan Bendera Putih dalam Penanganan Covid-19

Tetapi hal itu wajar karena sebelumnya ada obat yang telah ditemukan untuk penyakit tersebut. Lain halnya dengan Covid-19 yang sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan pasien.

Untuk alasan etis dan praktis, gagasan uji coba untuk vaksin coronavirus telah memicu perdebatan sengit.

Seperti dikutip dari New York Times, dalam draft laporan yang diterbitkan bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa uji coba ini dapat memberikan informasi penting, tetapi hal tersebut akan sulit untuk dilaksanakan karena potensi virus yang dapat menyebabkan penyakit parah dan fatal serta penularannya yang tinggi.

Para penasehat dari uji coba yang beranggotakan 19 orang memberikan pedoman terperinci tentang cara teraman untuk melakukan uji coba tersebut, mereka merekomendasikan agar membatasi hanya pada orang yang sehat berusia 18 – 25 tahun.

Baca Juga: Kemenag Terapkan Protokol Kesehatan dalam Proses Pernikahan Demi Cegah Covid-19

Dengan perhitungan yang tepat dan dosis yang rendah, virus akan tetap menginfeksi tapi tidak sampai menyebakna penyakit parah karena akan keluar dengan sendirinya melalui hidung.

Akan tetapi sebagian dari penasehat tersebut mengundurkan diri karena beberapa masalah. Salah satunya adalah apakah uji coba harus tetap dilakukan jika telah ditemukan bentuk pengobatan lain atau terapi yang efektif untuk mengobati peserta yang sakit.

Masalah lainnya adalah apakah uji coba tersebut benar-benar dapat mempercepat pengembangan vaksin.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Tags

Terkini

Terpopuler