Mengenal Sayed Sadaat, Menteri Afghanistan yang Kini Jadi Kurir di Jerman

3 September 2021, 06:54 WIB
Sayed Sadaat, seorang menteri Afghanistan yang kini jadi kurir /Reuters / Hannibal Hanschke/Jurnal Palopo

JURNAL PALOPO- Dulu, Sayed Sadaat adalah Menteri Komunikasi di jajaran pemerintahan Afghanistan sebelum pindah ke Jerman Desember lalu.

Dia mengharapkan masa depan yang lebih baik dengan tinggal di negara tersebut. Kini, dia adalah seorang kurir di bagian timur kota Leipzig. 

Dia bercerita, beberapa orang di rumah asalnya mengkritisi pilihan pekerjaannya saat ini. 

Baca Juga: Ekonomi Afghanistan Memburuk, Taliban Bersiap Umumkan Pemerintahan Baru

Apalagi dia pernah duduk di jajaran pemerintahan selama dua tahun sebelum meninggalkan kantornya pada 2018 lalu. Namun baginya, pekerjaan adalah pekerjaan. 

"Aku tidak melakukan apapun yang membuatku merasa bersalah," ujar lelaki 49 tahun pemegang kewarganegaraan ganda Inggris-Afghanistan ini, sambil berdiri dengan seragam orange di samping sepedanya. 

Dia memutuskan keluar dari pemerintahan karena ketidaksetujuannya dengan sikap anggota-anggota lingkaran kepresidenan lain. 

"Aku harap politikus lain juga mengambil langkah yang sama, bekerja dengan publik alih-alih bersembunyi," lanjutnya. 

Baca Juga: PBB Peringatkan Afghanistan tentang Krisis Pangan, Akibat Serangan dari Taliban

Ceritanya ini mendapat banyak perhatian dengan tersingkapnya kekacauan di tanah airnya setelah Taliban mengambil alih kekuasaan. 

Keluarga dan teman-temannya juga ingin kabur, berharap bisa bergabung dengan ribuan lainnya yang telah keluar dari negara tersebut melalui penerbangan evakuasi atau mencoba rute keluar lainnya. 

Dengan ditarikmundurnya tentara Amerika, jumlah warga Afghanistan yang mencari suaka di Jerman meningkat dari awal tahun ini, melonjak lebih dari 130 persen menurut data Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi. 

Meskipun kewarganegaraan ganda yang dimilikinya memungkinkan Sadaat untuk pindah ke Inggris, di mana dia telah menghabiskan lebih banyak hidupnya, dia lebih memilih pindah ke Jerman pada akhir 2020. 

Baca Juga: Taliban Berkuasa, Nasib Timnas Sepakbola Putri Afghanistan Terancam

Dia mengambil kesempatan ini sebelum jalur ditutup dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. 

Dia memilih Jerman dengan harapan memperoleh perekonomian yang lebih baik untuk masa depannya, juga peran utama di sektor telekomunikasi dan TI dalam jangka panjang. 

Namun, meski dengan latar belakangnya, Sadaat harus berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan di Jerman yang sesuai dengan pengalamannya. 

Dengan gelar di bidang TI dan telekomunikasi, Sadaat berharap mendapat pekerjaan di bidang terkait. Tapi, tanpa bahasa Jerman, kesempatannya tipis. 

Baca Juga: Afghanistan Alami Krisis Pangan, Taliban Hadapi Tantangan Baru

"Bahasa adalah bagian terpentingnya," kata Sadaat. 

Setiap hari, dia belajar bahasa Jerman selama 4 jam di sebuah sekolah bahasa sebelum memulai 6 jam shift malam mengantarkan makanan untuk Lieferando, pekerjaan yang dimulainya musim panas ini. 

"Beberapa hari awal sangat seru tapi juga sulit," ceritanya, sambil menggambarkan tantangan saat bersepeda di tengah lalu lintas kota. 

"Semakin kamu keluar, semakin kamu bertemu orang, semakin kamu belajar," tutup Sadaat.***

Editor: Naswandi

Tags

Terkini

Terpopuler