Kesalahan-kesalahan Berbahasa Indonesia yang Dianggap Benar Di Masyarakat, Nomor 3 Sering Dilakukan

20 Oktober 2020, 16:07 WIB
Ilustrasi percakapan /Pixabay/OpenClipart-Vectors

JURNALPALOPO - Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi sekaligus sebagai bahasa persatuan.

Dengan bahasa Indonesia, orang dari sabang sampai merauke yang berbeda suku bisa saling berkomunikasi.

Selain itu, bahasa Indonesia juga merupakan salah satu unsur kekayaan budaya bangsa.

Baca Juga: Akhirnya Dul Jaelani Menjatuhkan Hati pada Artis Cantik Tissa Biani

Namun sangat disayangkan, tak sedikit rakyat Indonesia sendiri yang lahir dan dibesarkan di bumi Ibu Pertiwi tak menjaga bahasa Indonesia.

Menggunakan bahasa Indonesia seenaknya dan tidak sesuai kaidah-kaidah yang berlaku, mengganti kosa kata baku dengan yang tidak baku, atau mencampur dengan bahasa asing.

Akibatnya, muncul berbagai kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang sudah ditoleransi oleh masyarakat.

Sudah dianggap biasa, atau bahkan sedikit sekali orang yang tahu kalau kebiasaan tersebut salah.

Baca Juga: Lawan Covid-19 dengan Disiplin 3M, Mencuci tangan, Menggunakan Masker, dan Menjaga jarak

Kesalahan berbahasa Indonesia yang ditoleransi, di antaranya:

1. Penggunaan kata ganti kepunyaan 'nya'

Itulah kalimat yang biasa digunakan kalau kita berkenalan dengan orang baru.

Sekilas terlihat biasa saja, tetapi sebenarnya kalimat tersebut salah. Apa yang salah?

Baca Juga: Melarikan Diri Selama 4 Hari, Pelaku Pemerkosaan Diringkus Polres Soppeng

Dalam kalimat tersebut terdapat kata 'namanya'. Perlu diketahui, bahwa kata '-nya' adalah kata ganti kepunyaan untuk orang ketiga.

Jika dalam bahasa Inggris sama dengan 'his' atau 'her'. Jadi, sangat tidak etis apabila kita bertanya kepada orang kedua (kamu) tapi kita menggunakan kata ganti kepunyaan orang ketiga (dia).

Kalau kita artikan secara harfiah, maka artinya akan menjadi "siapa nama dia?" Terlihat, 'kan, kalau struktur kalimatnya salah?

Baca Juga: Mengubah Lipstik Matte Mengkilap dalam Waktu Kurang dari Satu Menit

Bukankah tidak nyambung ketika kita bertanya kepada orang kedua, malah menggunakan kata dia.

Seharusnya kita jeli. Apabila ada yang bertanya "siapa namanya", maka jawablah, "Nama siapa? Yang Anda maksud, dia siapa?" Barulah dijawab jika redaksi kalimatnya diperbaiki menjadi, "Siapa namamu?"

2. Kata 'oke'

Kata 'oke' sudah lazim digunakan di masyarakat. Mulai dari kalangan rakyat biasa sampai para pejabat negara.

Baca Juga: 7 Universitas Luar Negeri Peraih Bintang 5 QS Stars University Ratings, Siapkan Dirimu Mendaftar!

Kata 'oke' biasanya digunakan saat kita menyetujui pernyataan orang lain.

Tahukah Anda, kalau kata 'oke' sebenarnya bukan bahasa Indonesia asli? Kata 'oke' sebenarnya merupakan bahasa Inggris yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya adalah 'baiklah'.

Sayangnya, masih banyak yang lebih senang menggunakan kata 'oke' daripada baiklah.

Padahal, yang merupakan identitas bangsa Indonesia adalah kata baiklah.

Baca Juga: Tips Menyimpan Makanan di Lemari agar Tetap Aman dan Kualitasnya Terjaga

Sayang, mayoritas masyarakat sudah melupakan kaidah tersebut dan menganggapnya sesuatu yang benar.

3. Pelafalan huruf V

Bagaimana cara kalian membaca TVRI? Bagaimana pula kalian mengucapkan TV?

Itulah kesalahan yang banyak terjadi di masyarakat. Yaitu pelafalan huruf V yang sering kita baca Vi.

Baca Juga: 8 Makanan dan Minuman yang Baik Dikomsumsi untuk Meningkatkan Kualiatas Tidur

Contohnya, TV dibaca "Ti Vi". Padahal, dalam bahasa Indonesia huruf T dibaca "Te" dan huruf V dibaca "Ve", bukan "Vi".

4. Imbuhan -ir

Kemungkinan besar kata 'mengorganisir' sudah tak aneh lagi di telinga kita. Mengorganisir biasa kita artikan sebagai 'mengatur', 'menyusun' atau 'menata'.

Sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, ada kesalahan penggunaan imbuhan '-ir' pada akhir kata organisasi.

Baca Juga: Meski Menakutkan, Tetap saja ada yang Suka dengan Film Horor, Ini Alasannya Menurut Para Ahli

Padahal imbuhan '-ir' tidak ada dalam kaidah kebahasaan bahasa Indonesia. Yang ada adalah imbuhan "-isasi".

Jadi, kata yang sering kita dengar atau ucapkan seperti, mengorganisir, meminimalisir, dan menetralisir sebenarnya kurang tepat.

Seharusnya, kata 'mengorganisir' diganti menjadi 'mengorganisasi', 'menetralisir' harusnya diubah menjadi 'menetralisasi'.

5. Kata ganti 'gua'

Baca Juga: Meski Menakutkan, Tetap saja ada yang Suka dengan Film Horor, Ini Alasannya Menurut Para Ahli

Melihat kalimat di atas, rasanya ingin menangis. Begitu kacau bahasa Indonesia yang digunakan.

Banyak kata yang tidak sesuai dengan bahasa Indonesia yang baku, bahasa yang sesuai dengan EYD.

Memang banyak yang perlu dikoreksi. Tapi, kali ini saya akan membahas kata 'gua'.

Untuk kalangan millenials, sudah tak asing bagi mereka kata 'gua' sebagai kata ganti orang pertama.

Baca Juga: Lagi tidak ingin Diganggu, Lagu ini Cocok untuk Kamu yang ingin Menyendiri

Padahal, dalam KBBI, kata 'gua' adalah sebuah terowongan di bawah tanah.

Contohnya saja Gua Belanda, Gua Jepang, Gua Hira dll. Tak ada kata 'gua' sebagai kata ganti orang pertama.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Tags

Terkini

Terpopuler