Sejarah Tahun Baru Hijriah, Mengapa 1 Muharram Menjadi Awal Tahun Baru Islam?

3 Agustus 2021, 20:46 WIB
Ilustrasi Tahun Baru Hijriah 1443 H /Pixabay

JURNAL PALOPO- Dalam hitungan hari Tahun Baru Hijriah atau Tahun Baru Islam akan segera berganti.

Berdasarkan kalender dari Kementerian Agama RI, tanggal 1 Muharram sebagai pertanda masuknya Tahun Baru Hijriah bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 2021.

Lalu bagaimana sejarah awal ditetapkannya Tahun Baru Hijriah? Dan mengapa bulan Muharram dijadikan awal dari kalender Islam?

Baca Juga: Lima Jenis Makanan yang Tidak Bisa Dicampur dengan Teh, Susu Salah Satunya?

Pada peradaban masyarakat Arab pra-Islam sudah dikenal sistem penanggalan bernama at-Taqwim al-Qamari atau Kalender Bulan, yang berbeda dengan kalender Masehi.

Kalender Masehi menggunakan sistem peredaran matahari atau Syamsiah, sedangkan kalender yang digunakan masyarakat Arab kala itu berdasarkan sistem peredaran bulan atau Qomariah.

Hanya saja kalender bangsa Arab yang sudah digunakan selama ratusan dekade itu hanya sebatas tanggal dan bulan.

Penamaan bulan seperti Muharram hingga Zulhijjah sudah ada, namun belum menggunakan penomoran angka tahun ataupun istilah Hijriah.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020: Brazil Taklukkan Meksiko melalui Adu Pinalti

Rasulullah SAW menyempurnakan Kalender Bulan ini dengan mengembalikan bulan menjadi dua belas, dan tidak memaju-mundurkan bulan atau hari itu, sebagaimana kebiasaan masyarakat jahiliah.

Hal tersebut dilakukan Raulullah berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 36, yang artinya:

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah SWT ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram..,” (QS. At-Taubah : 36).

Barulah pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radiallahu ‘anhu sejarah penetapan Tahun Baru Hijriah dimulai.

Baca Juga: Gilang Widya Pramana Guyur Bonus Ratusan Juta Rupiah, Bagi Peraih Medali Olimpiade Tokyo 2020

Bermula ketika seorang Gubernur yang bernama Abu Musa Al-Asyari mengadukan kepada Khalifah Umar bin Khattab ra. perihal kebingungannya dengan surat yang tidak memiliki tahun.

Khalifah Umar bin Khattab ra. pun memanggil para sahabat Rasulullah yang lainnya untuk bermusyawarah.

Para sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, hingga Thalha bin Ubaidillah radiallahu anhum ajma’in datang memenuhi panggilan Khalifah untuk merumuskan penanggalan Islam.

Perumusan tersebut kemudian menyepakati penggunaan sistem penanggalan yang ada sebelumnya. Yaitu sistem at-Taqwim al-Qamari yang telah ditetapkan Rasulullah menjadi dua belas bulan.

Baca Juga: Kenali Manfaat Buah Timun untuk Kesehatan Tubuh, Cocok Dikonsumsi saat Diet

Perbedaan pendapat di kalangan para sahabat pun muncul ketika akan menetapkan dasar dari sistem penanggalan Islam ini.

Ada banyak usulan yang masuk dari para sahabat, mulai dari penggunaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW., peristiwa Isra’ Mi’raj, hingga hari wafatnya Rasulullah SAW.

Namun yang menjadi kesepakatan adalah usulan dari Ali bi Abi Thalib ra., yakni hari hijrahnya Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah.

Usulan tersebut disepakati dengan pertimbangan bahwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW. merupakan peristiwa besar yang memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Islam.

Baca Juga: Masih Dalam Suasana Covid-19, Pemerintah Gelar Upacara 17 Agustus Secara Terbatas

Peristiwa hijrah merupakan simbol yang memisahkan antara yang haq dengan yang batil, mengubah masa jahiliyah menuju masyarakat madani, memisahkan Islam dengan kekufuran.

Setelah usulan tersebut disepakati oleh para sahabat, dibuatlah penanggalan Islam dengan nama Kalender Hijriah, dengan menetapkan tanggal 1 Muharram sebagai awal dari permulaan tahun.

Lalu timbul pertanyaan. Mengapa tanggal 1 Muharram ditetapkan sebagai awal tahun? Sementara momen hijrah itu sendiri terjadi di bulan Rabiul Awal.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan bahwa dasar penetapan tersebut berdasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 108.

Baca Juga: Greysia dan Apriani Raih Emas Olimpiade Tokyo 2020, Influencer Arief Muhammad Tepati Janjinya

Yang artinya, “Sungguh masjid yang dibangun berdasarkan ketakwaan sejak hari pertama itu lebih pantas dijadikan tempat engkau melaksanakan salat di sana.”

Para sahabat menafsirkan bahwa yang dimaksud “hari pertama” dalam ayat ini adalah hari ketika Nabi Muhammad SAW. tiba di Quba dan mendirikan shalat dengan tenang, setelah mendapatkan kemenangan pada Bai’at Aqabah ke-2.

Bai’at Aqabah ke-2 sendiri terjadi pada pertengahan bulan Zulhijjah, sehingga hari pertama pada bulan selanjutnya yakni 1 Muharram disepakati menjadi hari pertama kemenangan umat Islam.

Inilah yang menjadi dasar ditetapkannya tanggal 1 Muharram sebagai awal dari Tahun Baru Hijriah atau Tahun Baru Islam.***

Editor: Naswandi

Tags

Terkini

Terpopuler