Korsel Mulai Duluan, KF-21 Boramae Masuk Jalur Produksi, Kerjasama dengan Indonesia Putus?

11 Januari 2024, 20:40 WIB
KF-21 Boramae /Asian Military Review

JURNALPALOPO.COM - Korea Selatan bersiap menandatangani kontrak dengan Korea Aerospace Industries (KAI) untuk memulai produksi jet tempur KF-21 Boramae dalam skala besar.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Seoul untuk modernisasi kemampuan militer udaranya melalui pengembangan pesawat produksi lokal.

KF-21 diharapkan menggantikan armada F-4 Phantom dan F-5 Tiger yang sudah tua milik Angkatan Udara Korea Selatan.

Baca Juga: Prediksi Line Up dan Link Live Streaming Barcelona Vs Osasuna, Antara Sejarah H2H dan Ambisi Juara

Defense Acquisition Program Administration (DAPA) berencana memulai produksi pada paruh pertama tahun 2024.

Itu dilakukan setelah keenam pesawat uji coba KF-21 menyelesaikan berbagai uji dan evaluasi yang diperlukan.

Menurut Yonhap News Agency dikutip dari The Defense Post, prototipe KF-21 telah mendapatkan persetujuan penilaian tempur dari Kepala Staf Gabungan pada Mei 2023.

Persetujuan tersebut didapat setelah melalui demonstrasi penerbangan dan uji pemisahan senjata.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Dengar Keluhan Petani Bawang di Brebes, Capres PDIP Malah Dikritik Habis Netizen

DAPA menyatakan bahwa uji coba tambahan dan uji cuaca ekstrem dijadwalkan untuk tahun ini.

KAI baru-baru ini bermitra dengan MBDA untuk melengkapi KF-21 dan jet tempur FA-50 dengan rudal tercanggih Eropa.

Pilihan rudal melibatkan Rudal Udara-ke-Udara Jarak Pendek seperti ASRAAM, rudal serang Brimstone, dan rudal dari udara Spear.

CEO MBDA, Eric Beranger, menyebut kerja sama ini sebagai prospek menarik bagi pasar pertahanan dunia, menggabungkan teknologi senjata terdepan MBDA dengan pengalaman KAI dalam pengembangan pesawat.

Baca Juga: Wajib Kamu Ketahui Sebelum Daftar, 3 Tes Ini Jadi Syarat Mutlak Kelulusan CASN 2024

KF-21 sendiri merupakan proyek kolaboratif Korea Selatan dengan Indonesia senilai 8,1 triliun won (USD 6,1 miliar) hingga tahun 2026.

Namun dalam perjalanannya masih kendala yang dihadapi akibat keterlambatan pembayaran dari Indonesia, yang diperkirakan mencapai hampir 1 triliun won pada Oktober 2023.

Pemerintah Korea Selatan (Korsel) telah menyetujui untuk menanggung sekitar 60 persen dari total biaya proyek.

Sementara pemerintah Indonesia dan KAI masing-masing bertanggung jawab atas sekitar 20 persen pendanaan.

Baca Juga: Skuad Timnas Indonesia untuk Piala Asia Diumumkan, Gelandang Kocak Dicoret, Ini Alasannya

Pejabat DAPA menyatakan bahwa pembicaraan tengah berlangsung di Jakarta untuk merinci rencana pembayaran terbaru terkait proyek ini.

Dalam perkembangan terbaru, Indonesia telah menyelesaikan pembelian 42 jet tempur Rafale dari Perancis.

Mungkin saja, prioritas lebih tinggi diberikan pada jet tempur Rafale yang telah terbukti efektif.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Tags

Terkini

Terpopuler