Bacaan Doa dan Renungan Liturgi Jumat 29 Maret 2024, Yesus Dihukum Mati dan Wafat di Kayu salib

- 29 Maret 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi / renungan liturgi Jumat 29 Maret 2024.
Ilustrasi / renungan liturgi Jumat 29 Maret 2024. /The Katolik /

JURNALPALOPO.COM- Bacaan Doa dan Renungan Liturgi Jumat 29 Maret 2024, Yesus Dihukum Mati dan Wafat di Kayu salib.

Simak bacaan doa dan renungan liturgi Injil Katolik, pada Jumat 29 Maret 2024.

Dalam renungan Jumat 29 Maret ini, kisahkan Yesus yang dihukum mati.

Baca Juga: Liturgi Harian 24 Maret 2024, Bacaan Pertama dan Kedua Lengkap Mazmur Tanggapan: Sekawanan Anjing Mengerumuni

Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Jumat 29 Maret 2024. 

Dalam Passio Kisah Sengsara Yohanes 18:1-9:42 Yesus dijatuhi hukuman mati, menanggung sengsara dan Wafat di kayu salib.

Menurut orang Yahudi maupun Romawi, hukuman mati disalib adalah hukuman paling keji hingga hanya diperuntukkan bagi mereka yang betul jahat dan besar kesalahannya.

Apakah Yesus yang dihukum mati disalib berarti seorang penjahat?

Baca Juga: Bacaan Liturgi Injil Katolik 24 Maret 2024, Minggu Palma Mengenang Sengsara Tuhan

Kisah sengsara Yesus berawal dengan penyerahan diri-Nya kepada lawan-lawan-Nya, namun Ia tampil sebagai tokoh yang penuh wibawa dan kuasa. 

Ia pun dihadapkan kepada pemimpin agama Yahudi, Imam Besar Hanas, dan di situ Petrus menyangkalnya sampai tiga kali.

Lalu Ia dihadapkan kepada pemimpin sipil Romawi, Pilatus. 

Akhirnya, Ia dijatuhi hukuman mati, disalibkan di antara dua penjahat, di salibNya tertulis INRI (Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi”), pakaianNya diundi, ibu-Nya hadir, lalu Ia wafat, dan lambungNya ditombak.

Baca Juga: Bacaan Liturgi Injil Jumat 22 Maret 2024 Lengkap Mazmur Tanggapan: Tuhan Menyertai Aku Seperti Pahlawan

Kisah ditutup dengan pemakamanNya. 

Kematian Yesus disalib merupakan fakta historis, namun peristiwa itu telah menjadi peninggian dan pemuliaan-Nya. 

Artinya, dari Yesus yang mati disalib itu telah terpancar daya penyelamatan Allah yang serentak daya penyelamatan-Nya sendiri.

Pengartian tentang kematian disalib ini berbeda dengan gagasan yang terdapat dalam Injil Sinoptik, yaitu sebagai penebusan atau kurban silih atas dosa-dosa manusia.

Baca Juga: Renungan Liturgi Injil Katolik 21 Maret 2024: Yesus Berkata Turuti Firmanku, Ia Tidak Akan Mengalami Maut

Karena itu, dalam kisah sengsara dan kematian-Nya Yesus ditampilkan sebagai tokoh yang melebihi manusia, bahkan ilahi dan mengemudikan seluruh kejadian. 

Dengan demikian Kebenaran, yaitu realitas Allah yang menyelamatkan, menjadi nyata dalam pribadi Yesus Kristus.

Untuk memperoleh kemuliaan-Nya Yesus harus menjalani jalan salib. Karena itu sebagai pengikut Kristus sudah seharusnya kita tidak gampang mengeluh dan putus asa dalam menanggung beban penderitaan. 

Yesus telah menunjukkan dan menjanjikan mahkota kemuliaan bagi yang setia mengikuti jalan salib-Nya.

Baca Juga: Bacaan Liturgi Harian Kamis 21 Maret 2024, Injil Yohanes: Sekarang Kami Tahu Bahwa Engkau Kerasukan Setan

Perayaan Jumat Agung mengingatkan kita akan pengorbanan Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia. 

Kesetiaan Yesus kepada kehendak Bapa rupanya membawa konsekuensi tragis, yakni penderitaan penyaliban.

Mengutip buku Gegara Pandemik: Terhimpit untuk Melejit susunan Benny D. Setianto (2020).

Fakta salib adalah kehancuran, pengkhianatan, pengabaian, dan penolakan. Dalam kesengsaraannya, Yesus menyerukan “Eli, Eli, lama sabacthani!” yang berarti “Allah, ya Allahku, mengapa kau tinggalkan aku?”

Baca Juga: Bacaan Liturgi Injil Katolik Rabu 20 Maret 2024: Apa Benar Bahwa Kamu tidak Memuja Dewaku dan Patung Emas?

Seruan tersebut tidak disembunyikan dan dihapus meski diteriakkan oleh Yesus dalam kehancuran dan penderitaanNya di kayu salib. 

Mengapa demikian?

Sebab, Yesus melakukan-Nya demi keselamatan umat manusia yang tidak akan pernah bisa lepas dari masalah, penderitaan, dan kehancuran. 

Semua itu terjadi demi kita, demi kasih Allah, dan untuk melayani kita.

Baca Juga: Bacaan Liturgi Injil Katolik Rabu 20 Maret 2024: Apa Benar Bahwa Kamu tidak Memuja Dewaku dan Patung Emas?

Dia melakukannya untuk meneguhkan pengharapan kita, di saat kita pun merasa ditinggalkan oleh Allah. 

Bahkan ketika sedang mengalami berbagai macam penderitaan, kehancuran, dan kematian yang tak lagi sanggup kita tanggung.

Seruan tersebut mengajarkan kita untuk tetap berpengharapan. Seruan Yesus bukanlah jeritan doa keputusasaan, atau ketidakpercayaan akan kehadiran Allah dalam penderitaan, kehancuran, dan kematian.

Sebaliknya, jeritan doa itu menjadi jeritan pengharapan, pembelajaran, bahkan peneguhan terhadap kita di saat harus mengalami kesulitan, kehancuran, kengerian hidup, dan kematian yang sama.

Baca Juga: Bacaan Liturgi Injil Katolik Sabtu 16 Maret 2024, Lengkap dengan Mazmur Tanggapan: Perisaiku Adalah Allah

Maknanya, ketika kita menghadapi jalan buntu, saat berada dalam kegelapan tanpa cahaya dan seolah-olah tidak ada jalan keluar, maka kita harus tetap mengingat, tetap berharap, dan percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita sendirian

Doa Penutup

Ya Allah, terima kasih untuk kasihMu yang begitu besar bagi kami, sehingga Engkau telah memberikan PuteraMu Yang Tunggal, Yesus Kristus untuk kami.

Yesus, terima kasih atas pengorbanan-Mu di kayu salib, Engkau rela disiksa, dihina, direndahkan, dan mati di kayu salib.***

Editor: Sari Maya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x