Terobosan atau Ide 'Gila'! Dokter Asal Italia Usulkan Transplantasi Kepala, Gimana Geritanya?

- 19 Januari 2022, 09:23 WIB
dr. sergio canavero yang mencetuskan ide 'gila' melakukan transplantasi kepala manusia.
dr. sergio canavero yang mencetuskan ide 'gila' melakukan transplantasi kepala manusia. /YouTube/ tangkap layar dari kanal TEDx Talks

JURNAL PALOPO - Baru-baru ini, sebuah terobosan dalam dunia medis terjadi di Amerika Serikat.

David Bannet, seorang pria asal Amerika Serikat berumur 57 tahun berhasil mendapat cangkok jantung babi.

Ini adalah operasi pencangkokan pertama dan merupakan terobosan dalam dunia medis. Operasi ini dilakukan seorang dokter bernama Muhammad Mohiuddin.

Baca Juga: Bomber Pangeran Biru 3 Laga 0 gol, Eks Persib Bandung Jadi Top Skor di Bhayangkara FC, Robert Alberts Nyesal?

Meski begitu, hal seperti ini tidak selalu mendapat dukungan. Sebagian masyarakat justru memandang hal ini sebagai kontroversi lantaran dilakukan dari herwan ke manusia.

Melihat fenomena ini, ustadz Buya Yahya memberikan pandangan. Menurutnya, hal seperti ini sah apabila dilakukan dalam kondisi darurat.

Sebelum dilakukan transplantasi jantung, sebuah ide gila pernah dilontarkan oleh seorang dokter bedah saraf dari Italia, Sergio Canavero.

Sergio Canavero pada Februari 2015 mengusulkan sebuah ide gila yakni melakukan transplantasi kepala ke tubuh manusia lain.

Baca Juga: Naas! Kalah dari Bhayangkara FC dan Rekor Terhenti, Persebaya Ditinggal 5 Pemain Inti

Prosedur transplantasi kepala ini membutuhkan waktu kira-kira 36 jam dengan dibantu 150 dokter dan perawat serta biaya sekitar 15 juta US dolar atau sekitar Rp21 miliar.

Adalah Valery Spiridonov yang menjadi orang pertama yang mendapat tranplastasi kepala.

Valery Spiridonov didiagnosis dengan kondisi yang sangat langka dengan nama penyakit Werdnig-Hoffmann pengecilan otot.

Menurut Organisasi Nasional untuk Gangguan Langka, penyakit ini akan melumpuhkan pasien secara perlahan dari leher hingga ujung kaki.

Baca Juga: Wow, Razlan Razali Beberkan Ongkos Untuk Ikut MotoGP 2022, Tim Independen Wajib Berkantong Tebal

Di saat yang sama, penyakit mengembangkan atrofi otot tulang belakang tipe 1 yang berarti bahwa seiring waktu penyakit ini menghancurkan saraf dan jaringan otot di seluruh tubuh ke titik di mana organ vital akan terputus dari saraf, mengurangi kemampuan mereka untuk berfungsi.

Sergio Canavero pernah mengklaim jika ia telah berhasil melakukan transplantasi kepala ini pada monyet.

Dikutip dari The Guardian, kepala monyet tampaknya selamat dari prosedur, tapi tidak pernah sadar kembali, ia hanya dibiarkan hidup selama 20 jam karena "alasan etis" dan tidak ada upaya yang dilakukan untuk menghubungkan sumsum tulang belakang.

Jadi meskipun monyet itu bertahan hidup dalam jangka panjang, itu akan lumpuh seumur hidup. Jadi, itu adalah prosedur yang sukses, jika kelumpuhan, kurangnya kesadaran dan umur kurang dari sehari sebagai indikator kesuksesanya.

Baca Juga: Jadwal TV Trans7 dan Live Streaming 19 Januari: Bercanda Pagi, Jejak Si Gundul dan Lapor Pak

Pada 2016, sumber daya keuangan dikumpulkan dari beragam jutawan dengan minat tinggi dalam sains dan bidang medis. Kontributor utama adalah miliarder Rusia, pendiri Orbiter Initiative, sebuah rencana untuk mentransplantasikan otak manusia ke dalam tubuh robot dan menciptakan cyborg pertama, dengan tujuan keabadian sibernetik.

Dalam proyek ini, dia melihat potensi menuju langkah selanjutnya dalam evolusi manusia, keabadian.

WNA (World Medicine Association) , serta sebagian besar ahli bedah saraf di seluruh dunia mengatakan bahwa ide Sergio Canavero adalah gila karena belum diuji pada hewan untuk melihat apakah pemasangan kembali kepala ke tubuh asli adalah mungkin.

Tetapi tak sedikit yang memberi dukungan kepada Sergio Canavero. Profesor Ren Xiaoping dari Universitas Kedokteran Harbin telah menguji potensi dan kemungkinan prosedur ini selama bertahun-tahun pada tikus.

Baca Juga: Jadwal TransTV dan Live Streaming 19 Januari: Mulai Pagi-pagi Ambyar, Brownis dan Film Bioskop

Transplantasi kepala pertamanya yang berhasil pada tikus terjadi pada tahun 2015 dan dalam dua bulan tikus tersebut telah sepenuhnya memulihkan semua gerakan tubuh.

Dia sebelumnya telah mencoba operasi yang sama tetapi tikus itu hanya akan hidup selama lima sampai tujuh bulan.

Ini karena, selama operasi yang gagal, otak kepala yang ditransplantasikan tidak akan menerima oksigen yang cukup, sehingga kerusakan otak tidak dapat dihindari.

“Kami bermimpi suatu hari kami akan pergi ke luar angkasa, bukankah kami akhirnya melakukannya? Kami bahkan pergi ke bulan. Apa yang tampaknya tidak mungkin hari ini bisa menjadi mungkin besok," kata Profesor Ren Xiaoping dikutip dari Histroy of Yesterday.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: The Guardian Instagram Historyofyesterday.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah