Klaim Profesor Italia, Covid-19 Bisa Hilang Tanpa Butuh Vaksin

24 Juni 2020, 18:07 WIB
Ilustrasi virus corona. /Pixabay/Fernandozhiminaicela /

JURNALPALOPO.com - Seorang profesor di Italia meyakini jika virus corona semakin lemah dan bisa mati sendiri tanpa vaksin.

Profesor Matteo Bassetti mengibaratkan virus corona dulunya sebagai 'harimau agresif' dari suatu penyakit, yang sekarang telah melemah dan berubah menjadi lebih dari kucing liar.

Jika ilustrasi tersebut benar, ada kemungkinan Covid-19 telah melemah bisa hilang tanpa membutuhkan vaksin.

Baca Juga: Pasien Baru Positif Covid-19 di Tana Toraja Meninggal Dunia

Artikel ini telah tayang di Pikiran-Rakyat.com berjudul "Sebut Corona Telah Melemah, Profesor Italia Klaim Covid-19 Bisa Hilang Tanpa Butuh Vaksin"

Mengutip dari laman The Sun, Profesor Bassetti mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, pasien yang terkena virus tampaknya akan dapat menanganinya jauh lebih baik daripada mereka pada awal pandemi global di Italia.

Profesor Bassetti mengatakan bahwa jenis virus corona saat ini bisa bermutasi dan menjadi lebih lemah, membuatnya kurang mematikan.

Dia juga menyarankan kunci mengapa orang menangani virus lebih baik dari sebelumnya adalah dengan perawatan yang lebih baik dan lebih jauh jarak sosial.

Baca Juga: Pasien Positif Covid-19 Kabur setelah Menjebol Plafon RS di Sumsel

"Pasien lanjut usia, berusia 80 atau 90, sekarang duduk di tempat tidur dan mereka bernapas tanpa bantuan. Pasien yang sama akan meninggal dalam dua atau tiga hari sebelumnya," ujar Profesor Bassetti.

Dia percaya mutasi genetik yang membuatnya kurang merusak paru-paru manusia. 

Alasan lainnya, orang mungkin hanya menerima dosis virus yang lebih kecil ketika mereka terinfeksi, karena aturan jarak dan penguncian massal.

"Kesan klinis yang saya miliki adalah bahwa virus ini berubah dalam tingkat keparahan," ujar Mateo Bassetti.

Baca Juga: Pasukan TNI Kembali Beraksi di Kongo, Membuat Ratusan Milisi Menyerah

"Pada bulan Maret dan awal April polanya sama sekali berbeda. Orang-orang datang ke unit gawat darurat dengan penyakit yang sangat sulit diatasi dan mereka membutuhkan oksigen dan ventilator, beberapa orang menderita pneumonia," tambahnya.

Profesor Mateo Bassetti mengungkapkan pola dari virus corona benar-benar telah berubah dalam empat minggu terakhir.

"Mungkin ada viral load yang lebih rendah di saluran pernapasan, mungkin karena mutasi genetik pada virus yang belum ditunjukkan secara ilmiah," tuturnya.

Dilain pihak, para ilmuwan membalas klaim tersebut dengan mengatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah bahwa virus telah berubah sama sekali.

Baca Juga: Nenek Jahra, Merajut Asa Lewat Kerajinan Tangan Tradisional Topi Palo

Kalim tersebut belum diterima dengan baik di komunitas ilmiah.

"Klaim ini tidak didukung oleh apapun dalam literatur ilmiah, dan juga tampaknya cukup tidak masuk akal karena alasan genetik," ujar Dr Oscar MacLean, dari University of Glasgow,Skotlandia.

Dia menambahkan sebagian besar mutasi dari SARS-CoV-2 sangat jarang dan sementara beberapa infeksi mungkin dilemahkan oleh mutasi tertentu.

"Mereka sangat tidak mungkin cukup umum untuk mengubah sifat virus pada tingkat nasional atau global. Membuat klaim ini berdasarkan pengamatan anekdotal dari tes swab berbahaya," tambahnya.

Baca Juga: Jajaran Polres Enrekang Lakukan Rapid Test Massal, Ini Tujuannya

Sementara itu meskipun pelemahan virus melalui mutasi secara teori dimungkinkan, namun itu bukan sesuatu hal yang bisa diharapkan.

Sehingga diperlukan verifikasi yang lebih jauh lagi dengan cara yang lebih sistematis.

"Tanpa bukti yang jauh lebih kuat, tidak seorang pun seharusnya meremehkan bahaya yang ditimbulkan oleh virus yang sangat ganas ini, dan berisiko terhadap respons masyarakat luas yang sedang berlangsung," ujarnya.

Tanggapan lain atas klaim Profesor Bassetti datang dari Dr Angela Rasmussen, Universitas Columbia, pada awal juni mengunggah cuitan di laman Twitter-nya, bahwa tak ada bukti bahwa virus kehilangan potensinya.

Baca Juga: Warung Ayam Geprek Nahyam Palopo, Terapkan Konsep Bersedekah

Da juga menambahkan lebih sedikit penularan berarti lebih sedikit pasien yang dirawat inap namun itu tak berarti berkurangnya virulensi.

Virulensi virus adalah betapa berbahayanya penyakit itu, tetapi mungkin tidak secara langsung terkait dengan seberapa menularnya.

 

***

(Penulis : Rahmi Nurfajriani)

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler