China Duduk Santai, Pelajari Peta Konflik Rusia-Ukraina, Taiwan Harap-harap Cemas

- 10 Maret 2022, 21:03 WIB
Presiden China Xi Jinping (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri).
Presiden China Xi Jinping (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri). /SPUTNIK via Reuters

JURNAL PALOPO - Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, spekulasi muncul tentang apakah China akan mengambil kesempatan untuk menyerang Taiwan. 

China memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri untuk menjadi sebuah negara.

Ada kemungkinan Presiden China, Xi Jinping mempertimbangkan akan menyerang Taiwan.

Baca Juga: Akhiri Puasa Gol di Persib Bandung, Diabaikan Lalu Jadi Pahlawan, Bruno Cantanhede Kian Pede

Rusia sedang bergulat dengan invasinya saat Ukraina terus memerangi musuh mereka, menyebabkan sekitar 3.000 tentara Rusia tewas.

James Carafano, wakil presiden Institut Kathryn dan Shelby Cullom Davis mengatakan Rusia menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa tidak kompetennya militernya, yang pasti mereka sangat pandai membunuh warga sipil.

"Tidak masalah bahwa mereka tidak dapat mengakhiri perang. Mereka telah menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk memulainya," kata Carafano dikutip dari Fox News.

Carafano menilai China memiliki masalah serupa dengan militernya. Mereka belum pernah berperang untuk menunjukkan kemampuannya. 

Baca Juga: Abstain di PBB Tetapi Tolak Jadi Pemasok Komponen Pesawat ke Rusia, China dalam Dilema Inteenasional

“Jika Anda benar-benar melihat operasi China di perbatasan dengan India, mereka tidak terlalu mengesankan," kata Carafano.

"China belum benar-benar menunjukkan kapasitas untuk melakukan operasi militer skala besar."

"Konflik China yang mengancam akan menyerang Taiwan, bisa menjadi bencana bagi semua pihak terlepas dari hasilnya," kata Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng dikutip dari Telegraph.

Pada pertemuan tahunan legislatif China, Kongres Rakyat Nasional, dan badan penasehatnya minggu ini di Beijing, para delegasi mengkritik apa yang mereka sebut pengaruh asing dan separatisme di Taiwan.

Baca Juga: Brace Bruno Cantanhede Masuk Rekor Baru Persib Bandung, Jadi yang ke 9 Musim Ini

Pada hari Rabu, juru bicara delegasi Tentara Pembebasan Rakyat, Kolonel Wu Qian mengatakan kegiatan separatis dengan kekuatan eksternal adalah akar dari ketegangan dan gangguan saat ini di selat Taiwan.

“Semakin Amerika Serikat dan Jepang membuat gelombang pada pertanyaan Taiwan, tindakan lebih keras yang akan kami ambil untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” kata Kolonel Wu Qian.

China sebelumnya telah melakukan latihan dan menerbangkan pesawat militer di dekat wilayah udara Taiwan.

Latihan ini sebagai peringatan bagi pendukung kemerdekaan Taiwan dan sekutu asing mereka.

Baca Juga: Tak Ada Waktu Santai Bagi Persib Bandung, Pangeran Biru Gas Latihan Sambut Madura United

Meski demikian, pejabat China termasuk Presiden Xi Jinping mengatakan mereka berkomitmen menggunakan cara damai untuk membawa Taiwan di bawah kendali Beijing.

AS secara konsisten menyatakan dukungannya untuk memastikan bahwa Taiwan dapat mempertahankan diri.

Sementara serangan militer China terhadap pulau itu dalam waktu dekat umumnya dianggap sebagai kemungkinan yang kecil.

Tetapi bukan tidak mungkin Xi Jinping mengambil keputusan yang sama dengan Vladimir Putin.

Baca Juga: Bruno Cantanhede Bungkam Kritikan Lewat Gol, Persib Bandung Lumat Arema FC, Ini Kata Legenda Si Biru

Justyna Sczcudlik, seorang analis China di Institut Urusan Internasional Polandia mengatakan Beijing sedang mempelajari perang Rusia dan Ukraina.

China sedang mempelajari kekuatan perlawanan lokal, tanggapan masyarakat internasional dan faktor lainnya. 

"Saya pikir pasti perang Ukraina-Rusia ini adalah pelajaran bagi China tentang Taiwan," kata Sczcudlik.

“Ada banyak perbedaan, tetapi saya pikir China benar-benar melihat perang ini melalui prisma masalah Taiwan,” katanya.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Telegraph Fox News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah