Kelangkaan Bahan Pangan Berbulan-bulan, PM Sri Lanka Akui Alami Krisis Ekonomi, Ekonom: Ekspektasinya Rendah

24 Juni 2022, 17:30 WIB
Krisis Ekonomi di Sri Lanka /REUTERS/Dinuka Liyanawatte


JURNAL PALOPO - Perekonomian Sri Lanka yang sarat dengan hutang akhirnya runtuh.

Ini terjadi setelah kelangkaan bahan makanan, bahan bakar, dan listrik yang berlangsung berbulan-bulan.

Hal ini diakui Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, kepada anggota parlemen Rabu, 22 Juni, lalu.

Baca Juga: 5 Cara Singkirkan Badmood agar Tetap Semangat Menghadapi Masalah

Wickremesinghe menambahkan, negara di Asia Selatan tersebut menghadapi situasi yang jauh lebih serius. Dia juga memperingatkan 'kemungkinan jatuh ke titik terendah'. "Perekonomian kita sudah benar-benar ambruk," ujarnya.

Namun, tampaknya hal ini diucapkanya lantaran ingin memberi penekanan pada kritikus dan lawan politik bahwa dia diwarisi tugas sulit yang tidak bisa diatasi dengan cepat.

Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom di Pusat Pengembangab Global Washington, Anit Mukherjee. "Dia benar-benar menempatkan ekspektasinya di titik yang rendah," tukas Mukherjee

Mukherjee beranggapan Sri Lanka berada di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Baca Juga: Bukan Wiljan Pluim, Pelatih Kuala Lumpur City Justru Waspadai 3 Pemain Bengis PSM Makassar Ini di AFC Cup

Karenanya, Mukherjee juga menduga, pengakuan Wickremesinghe perihal kengerian kondisi ekonomi Sri Lanka merupakan langkahnya untuk mendapatkan pinjaman.

"Anda tidak bisa membiarkan negara dengan kepentingan strategis yang begitu besar ambruk." Ini lah pesan yang ingin disampaikan Wickremesinghe kepada pemberi pinjaman potensial, menurut Mukherjee.

Perekonomian Sri Lanka luluh lantah lantaran hutang negara yang begitu besar, di samping hilangnya pendapatan pariwisata dan efek-efek pandemi lainnya.

Biaya komoditas juga melonjak tinggi. Sri Lanka bahkan tidak memiliki uang lagi untuk mengimpor bensin, susu, gas, dan tissue toilet.

Baca Juga: 4 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Wanita saat Menstruasi, Nomor 3 Agak Sulit Dihentikan

Wickremesinghe mengatakan bahwa Sri Lanka tidak bisa membeli bahan bakar karena hutang yang juga dimiliki oleh perusahaan minyak bumi.

Perusahaan minyak bumi Ceylon memiliki hutang 700 juta dolar. "Oleh karenanya, tidak ada negara atau perusahaan di dunia yang mau menjual minyaknya pada kita. Mereka bahkan keberatan menjualnya secara tunai," papar Wickremesinghe.

Imbas dari hal ini, Wickremesinghe diboikot oleh dua partai politik oposisi minggu ini sebagai bentuk protes.

Mereka menganggap Wickremesinghe gagal memenuhi  janjinya untuk memutar roda perekonomian Sri Lanka ke arah yang lebih baik.***

Editor: Ardillah Kurais

Tags

Terkini

Terpopuler