JURNAL PALOPO - Presiden Rusia, Vladimir Putin disebut memiliki karakteristik seorang psikopat.
Ia hanya dapat dihalangi oleh ancaman kekuatan yang dapat dipercaya.
Dr. Ziv Cohen, seorang psikiater forensik Universitas Cornell kepada Fox News mengatakan dia hanya menilai tindakan Putin dalam kerangka tipe kepribadian.
Baca Juga: Terisa Enam Laga Menuju Gelar Juara Liga 1, Begini Tanggapan Bali United
Karena akan melanggar aturan etika profesinya jika mendiagnosis seorang figur publik yang tidak dia periksa secara pribadi.
Dr. Ziv Cohen mengatakan Putin mendapat skor tinggi dalam tiga kategori yang terkait dengan gangguan mental psikopati.
Agresi, narsisme dan kurangnya empati telah diperlihatkan sepenuhnya dalam invasi pemimpin otokratis ke Ukraina.
"Dia tidak gila. Dia menawan, penuh perhitungan, dan manipulatif. Dengan psikopat, Anda tidak dapat mengembangkan pemahaman yang sama," kata Dr. Ziv Cohen.
Menurutnya, orang seperti Putin tidak dapat diajak melakukan kesepakatan. Mereka benar-benar hanya menanggapi kekuatan yang lebih tinggi atau terhadap ancaman kekuatan yang kredibel.
Banyak yang menilai jika naiknya status kekuatan nuklir Rusia menjadi kesiapan tempur khusus sebagai tanda ketidakstabilan.
Putin memiliki sejarah terlibat dalam konflik bersenjata dengan sedikit perhatian terhadap korban sipil.
Dia menggunakan kekuatan berat untuk memadamkan pemberontakan separatis di Chechnya, meratakan kota Grozny pada tahun 2000 dan memasang penguasa proxy.
Baca Juga: Bali United Menang Atas Persela Lamongan, Pelatih Teco Sayangkan Hal Ini
Di Suriah, ia membantu Presiden Bashar Al-Assad mempertahankan kekuasaan di tengah pemberontakan sipil pada 2011 dengan menghancurkan petak-petak yang dipenuhi warga sipil.
Beberapa tahun kemudian, Putin menginvasi tetangganya di selatan, Georgia, salah satu negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet.
Dr. Ziv Cohen membandingkan Putin dengan Joseph Stalin, Adolf Hitler dan Mao Zedong dalam hal kebrutalan dan cara mereka mendorong seluruh kebijakan luar negeri negara mereka.
"Putin mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang tak terpisahkan dari Rusia dan warisannya," kata Dr. Cohen.
Dia mengatakan bahwa Putin akan melihat musuh-musuhnya dan menilai kekuatan mereka, dan di Biden dia mencium kelemahan.***