Bukan Guna-guna! Kurnia Meiga Mengidap Penyakit Papiledema, Kenali Penyebab dan Gejalanya

- 9 Maret 2024, 07:40 WIB
Kurnia Meiga mengalami gangguan mata sejak 2017 dan pensiun 2019.
Kurnia Meiga mengalami gangguan mata sejak 2017 dan pensiun 2019. /Instagram.com/@erickthohir

JURNALPALOPO.COM- Bukan Guna-guna! Kurnia Meiga Mengidap Penyakit Papiledema, Kenali Penyebab dan Gejalanya.

Kurnia Meiga tentu saja bukan sosok asing lagi, bagi para penikmat sepakbola tanah air.

Semua tahu, Kurnia Meiga adalah salah satu kiper hebat yang pernah dimiliki Indonesia.

Baca Juga: Kembali Viral di Medsos, Kurnia Meiga Terekam Jualan 3 Jersey Andalan, Nasib Si Otong Kian Miris

Hanya saja, Kurnia Meiga tidak dapat nikmati puncak karir dengan bahagia.

Bahkan dia harus berhenti dari kompetisi yang telah membesarkan namanya, hingga level Asia.

Kurnia Meiga gantung sepatu di saat karirnya lagi menanjak

Kiper utama Arema FC dan selalu langganan Timnas Indonesia.

Baca Juga: Rahasia Terungkap! Ternyata Kurnia Meiga Telah Bercerai, Mantan Urai Utang Legenda Arema FC

Gangguan penglihatan, membuatnya menepi pada 1 Januari 2019 lalu.

Sempat dikira adalah sebuah guna-guna, akibat sulit untuk dilakukan penyembuhan.

Namun belakangan diketahui jika itu adalah Papiledema.

Ternyata penyakit ini telah diderita sejak 2017 dan penglihatan matanya hanya lima persen berfungsi.

Baca Juga: Berubah Drastis: Dari Jagoan Timnas dan Arema FC, Kurnia Meiga Kini Nyambung Hidup dengan Jualan Emping

Sementara pada 2023, PSSI melalui Yayasan Bakti Sepakbola Indonesia sempat ulurkan tangan padanya.

Papilledema atau papiledema adalah suatu kondisi medis yang serius yang terjadi ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial, yaitu tekanan di dalam tengkorak.

Ini mengakibatkan pembengkakan pada disk optik, yang merupakan area tempat saraf optik keluar dari bola mata dan membentuk "papil" atau tonjolan.

Pembengkakan ini terjadi karena cairan serebrospinal (CSF), yang biasanya berada di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, menumpuk di daerah tersebut.

Baca Juga: Masih Ingat Kiper Timnas Indonesia Kurnia Meiga? Berjuang Lawan Penyakit Hingga Jual Semua Medali

Cairan serebrospinal (CSF) adalah cairan jernih yang berfungsi untuk melindungi dan menopang otak dan sumsum tulang belakang dari trauma dan kerusakan mekanis lainnya.

Di tengkorak manusia, CSF melingkupi otak dan medulla spinalis, memberikan dukungan mekanis serta mengatur lingkungan kimia di sekitarnya.

Namun, ketika produksi, aliran, atau penyerapan CSF terganggu, tekanan intrakranial dapat meningkat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan papiledema.

Papiledema sering kali disebabkan oleh kondisi medis yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.

Baca Juga: Legenda Timnas Lelang Medali, Kurnia Meiga: Dengan Berat Hati Lepas Semua Kepentingan

Beberapa di antaranya meliputi tumor otak, pembengkakan otak akibat radang atau infeksi, pendarahan otak, hidrosefalus, hipertensi intrakranial idiopatik (peningkatan tekanan di dalam tengkorak tanpa penyebab yang jelas), serta lesi sumsum tulang belakang. Trauma kepala yang parah juga bisa menjadi penyebab papiledema.

Gejala papiledema meliputi penglihatan kabur, kehilangan penglihatan tepi, sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah, serta gangguan penglihatan lainnya.

Penting untuk diketahui bahwa papiledema adalah kondisi serius yang memerlukan penanganan medis segera.

Jika tidak diobati, papiledema bisa menyebabkan kerusakan permanen pada saraf optik dan hilangnya penglihatan.

Baca Juga: PSM Makassar Diambang Gelar Juara BRI Liga 1, Reza Arya Pratama Berburu Rekor Kurnia Meiga

Diagnosis papiledema biasanya melibatkan pemeriksaan funduskopi, yaitu pemeriksaan mata menggunakan alat khusus untuk melihat bagian belakang mata termasuk disk optik.

Tes lain yang mungkin dilakukan termasuk pemeriksaan tekanan intrakranial dan pencitraan seperti MRI atau CT scan untuk mencari penyebab peningkatan tekanan intrakranial.

Pengobatan papiledema tergantung pada penyebabnya.

Ini bisa termasuk penggunaan obat diuretik untuk mengurangi produksi CSF, operasi untuk menghilangkan tumor otak atau mengurangi tekanan pada otak, atau tindakan lainnya sesuai dengan kondisi yang mendasarinya.

Baca Juga: Populer Hari Ini: Tips Bercinta Ala Boyke, Update Kurnia Meiga, Hokage ke- 8 Anime Naruto dan Ferdy Sambo

Pemantauan teratur oleh dokter mata dan dokter spesialis saraf adalah penting dalam pengelolaan jangka panjang papiledema.

Sebagai upaya pencegahan, penting untuk mengelola kondisi medis yang berhubungan dengan papiledema, seperti tekanan darah tinggi atau obesitas.

Juga penting untuk menghindari cedera kepala serius, dan untuk segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala yang mengindikasikan papiledema atau peningkatan tekanan intrakranial lainnya.***

Editor: Sari Maya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah