Tiba-tiba ia mengambil dompetnya, ia mendatangi bayi-bayi itu satu persatu sambil mengulurkan dompetnya. Tidak lama kemudian, ada satu bayi yang merebut dompet itu. Sang ibu itu berkata lega “Nah, ini pasti anak saya.”
Injil Lukas hari ini menggabungkan dua perikopa menjadi satu, yakni tentang pohon dan buahnya (ay 43-45) dan tentang dua macam dasar (ay 46-49). Namun demikian, kedua tema itu merupakan satu kesatuan yang akan semakin indah jika direnungkan bersama.
Baca Juga: Kisah Miris 11 Tahun PSM Makassar Terulang Lagi, Pelatih Berkorban untuk Juku Eja
Sepenggal kisah sederhana di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kelakuan ibunya ternyata diturunkan kepada anaknya, meskipun itu hanya kisah fiktif. Seperti kita mengerti, hati merupakan pusat pemikiran, kemauan, dan segala keputusan.
Karena itu, perbendaharaan hati seseorang menentukan buah macam apa yang dihasilkannya. “Buah” merupakan lambang tindakan baik atau buruk. “Pohon yang tidak baik” adalah guru-guru palsu, sehingga “apa yang diucapkan mulut” merujuk pada tugas menjadi guru.
Seorang murid yang mempunyai perbendaharaan hati yang baik, pasti akan mengajarkan yang baik pula kepada orang-orang disekitarnya. Namun sebaliknya, murid yang perbendaharaan hatinya tidak baik pastinya juga apa yang diajarkannya tidak sama kualitasnya dengan yang perbendaharaan hatinya baik. Murid yang Injili akan menghasilkan buah yang Injili juga.
Baca Juga: Teuku Wisnu Respon Hiastusnya Zulfiandi, Dia Jago saya Tidak
Kualitas seorang murid dilihat dari buahnya. Namun buah itu ditentukan dari kualitas isi hati. Murid yang sejati senantiasa mengisi tabung hatinya dengan perbendaharaan yang berkualitas. Murid yang berkualitas adalah seperti prajurit yang siap kapan saja bertempur dimedan perang.
Murid seperti itu sama dengan orang yang mendengarkan dan melaksanakan Sabda Tuhan. Sedangkan murid yang mengisi hatinya dengan perbendaharaan buruk sama dengan orang yang mendengarkan perkataan Yesus dan tidak melakukannya. Ia bagaikan seorang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
Pertanyaanya, mau mempunyai kualitas macam apa kita sekarang? Mau mendirikan rumah diatas pasir atau diatas pondasi batu? Semuanya kembali kepada kita masing-masing.