Benar, lantai 6. Priyo yakin sekali akan hal itu. Pikiran tersebut membuat lututnya lemas. Akhirnya dia pasrah.
Benar saja, lift berhenti di lantai 6 yang legendaris. Dia hanya bisa berdiri mematung dan berharap pintu lift tak akan pernah terbuka.
Untuk beberapa saat, tak ada apa pun yang terjadi. Semua hening dan diam. Saat itu lah Priyo berpikir untuk memencet tombol lift untuk kembali ke lantai 3.
Sayang, sebelum rencananya berjalan, pintu lift sudah keburu terbuka. Ting! Aula lantai 6 itu gelap. Tak ada lampu yang menyala.
Baca Juga: Kisah Mistis dari Lampung Selatan, Bidan Bantu Kuntilanak Melahirkan Bayi
Namun dia masih dapat melihat beberapa meja jamuan bulat dan kursi-kursi yang mengelilinginya. Semuanya kosong. Kecuali satu meja di sudut kiri.
Di meja itu duduk lah seorang perempuan. Sendirian. Dia membungkuk di meja membelakanginya. Tapi Priyo tahu dia sedang menangis. Suara sesenggukan perempuan itu terdengar perlahan. Pilu.
Dia mengenakan rok berwarna terang yang berenda indah. Rambutnya yang kuning keemasan dikepang apik.
Priyo syok. Dipencetnya tombol lift berkali-kali agar pintu tertutup. Namun lift tetap diam. Tak bereaksi sama sekali.
Baca Juga: Kisah Mistis dari Lampung Selatan, Bidan Bantu Kuntilanak Melahirkan Bayi