Bayraktar sendiri dirancang sejak tahun 2004. Pada awalnya Angkatan Darat Turki hanya hanya menginginkan drone intai saja.
Model pertama yakni Bayraktar TB1 pun mampu memenuhi ekspetasi AD Turki sebagai drone intai yang sudah sangat mumpuni.
Seiring perkembangan, Turki pun menginginkan UCAV dan lahirlah Bayraktar TB2.
Bayraktar generasi kedua ini kemudian dipersenjatai dengan bom pintar yakni MAM dan rudal buatan Roketsan.
Walau digolongkan sebagai UCAV Medium Alttitude Long Endurance (MALE) Bayraktar TB2 bisa terbang selama 27 jam tanpa perlu mendarat untuk isi ulang bahan bakar di ketinggian 27 ribu kaki.
Tak hanya Ethiopia dan Indonesia saja yang menginginkan drone Bayraktar TB2 , Maroko, Turkmenistan, Polandia, Qatar, Libya hingga Ukraina justru telah menggunakan drone pembunuh ini.***