Tokoh yang Merubah Wajah Palopo

21 Juni 2020, 22:42 WIB
Galigo. /* /Picasa 2.7/

 

JURNALPALOPO.com - Sudah 18 tahun usia administratif Palopo sebagai kota yang otonom pasca disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Sulawesi Selatan.

Penanggalan 2 Juli 2002 merujuk pada prasasti peresmian Kota Palopo sebagai kota yang mandiri, terpisah dari Kabupaten Luwu sebagai induknya.

Namun, sejarah kota ini sebenarnya sudah terentang panjang setidaknya selama kurang lebih 4 abad. Penanda awal yang paling monumental, dan bisa menjadi legitimasi Palopo sebagai kota yang tumbuh moderen, adalah Masjid Jami Tua.

Baca Juga: Kontradiksi Trump Soal Hidroksiklorokuin Sebagai Obat Covid-19

Secara konstruksi, arsitektur dan historis, para ahli sepakat bahwa penanggalan 1604, dapat diterima secara ilmiah sebagai tahun pembangunan Masjid Jami Tua Palopo.

Sepanjang 4 abad ini, masyarakat tentu dapat merasakan perubahan citra Kota Palopo. Hal itu tentu tidak berubah serta-merta, ada tokoh dan orang-orang yang memiliki andil besar dalam perubahan itu.

Tentu subyektif, dan mungkin lebih banyak tokoh yang memiliki kontribusi yang lebih besar dari tokoh-tokoh sepanjang masa yang penulis sampaikan. Berikut 10 tokoh yang merubah wajah Kota Palopo.

1. Patipasaung

Baca Juga: Pengunjung Dibatasi, Taman Margasatwa Ragunan Siap Dibuka Kembali

Datu Luwu ke-16 inilah yang memindahkan ibukota Kerajaan Luwu dari Malangke ke Palopo. Dalam pemerintahannya, Palopo ditata dengan prinsip segitiga kompak antara istana, masjid dan pasar. Di antara ketiga obyek bangunan ini, dihadirkan alun-alun sebagai tempat bertemu warga. Dalam skala yang lebih besar, kebijakan penataan struktur ruang Palopo kala itu dibagi atas 3 wilayah, yakni Tana Bangkala, Lalebbata & Tana Tekko.

Galigo. /*

 2. Daeng Pamatte

Dalam beberapa sumber lisan, Daeng Pamatte juga dikenal sebagai Pong Mante oleh warga Toraja, atau Fung Man Tek oleh warga keturunan Tiongkok. Ia adalah arsitek dari Masjid Jami Tua. Masjid ini dibangun dengan menggabungkan antara nilai-nilai budaya Luwu dengan ajaran Islam. Dengan berdirinya Masjid Jami Tua yang monumental ini, maka bisa dikatakan bahwa Palopo pada saat itu memasuki era baru dalam berkota.

Masjid Jami Tua

 3. Obsenter Noble

Baca Juga: Pengunjung Dibatasi, Taman Margasatwa Ragunan Siap Dibuka Kembali

Ia adalah arsitek dari Istana Salassae, tempat Datu Luwu tinggal. Bangunan istana permanen ini terbuat dari dinding batu bata dan beton. Istana ini dibangun di atas reruntuhan istana lama (Langkanae) yang dirubuhkan oleh pemerintah kolonial. Dibangun tahun 1920, Datu Luwu pertama yang mendiami adalah Andi Kambo Opu Daeng Risompa. Dengan massa bangunan yang relatif besar dan halaman yang cukup luas, Istana Salassae berhasil memberi perubahan besar dalam citra Kota Palopo saat itu, hingga di pertengahan periode orde baru.

Istana Salassae

4. Djie Adjeng

Imigran asal Tiongkok ini tiba di Palopo pada tahun 1917. Ia sempat membangun sebuah pabrik batu bata pertama di Sabbamparu. Pada tahun 1920, Djie Adjeng terlibat aktif dalam pembangunan Rumah Sakit Palopo (kini ditempati sebagai RS Dokter Palemmai). Sebagai Aannemer pada zaman kolonial di Tana Luwu, karya-karya Djie terentang mulai dari Buriko hingga Malili. Tahun 1954, Djie memperbaiki Jembatan Miring di daerah perbatasan Karetan. Pada 1956, ia juga dipercaya untuk memperbaharui jaringan air ledeng yang sudah dirintis oleh Belanda sejak 1939.

 

Foto di depan Istana Salassae

5. Andi Hamid Opu Daeng Paonang

Baca Juga: Polsek Alla Salurkan Bantuan Beras 10 Kilogram kepada Masyarakat

Andi Hamid adalah tokoh pergerakan kemerdekaan yang juga teman baik Ir. Soekarno. Di Palopo, ia lebih akrab dipanggil Opu Onang, dan memprakarsai pembangunan Monumen Toddopuli Temmalara. Tugu ini diresmikan tahun 1973 oleh Brigjend. Abdul Aziz, Pangdam XIV Hasanuddin kala itu. Tugu ini sebagai peringatan terhadap Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946 yang kemudian menjadi landmark (tenggeran) yang menjadi identitas baru bagi Kota Palopo. Selain berperan dalam pembangunan tugu, Opu Onang juga merancang pembangunan gedung pertemuan Saodenrae yang berada di Jalan Ahmad Yani.

 

Monumen Toddopuli Temmalara

6. Abdullah Suara

Di dalam Buku “Palopo dalam Spektrum Waktu”, Prof. Said Mahmud menggambarkan betapa gencarnya pembangunan fasilitas kota pada kepemimpinan Bupati Luwu, Abdullah Suara. Di masa kepemimpinan Abdullah Suara pada tahun 1978-1983, dibangun Masjid Agung Luwu-Palopo, kantor Bupati Luwu, rumah jabatan Bupati hingga Pesantren Modern Datok Sulaiman. Di masa bupati inilah, wajah Palopo mulai semakin menarik.

 

Abdullah Suara pada tahun 1978-1983

7. HPA Tenriadjeng

Baca Juga: GRAB PHK 360 Karyawannya Ditengah Pandemi Demi Mata Pencaharian Baru

Tenriadjeng adalah wali kota pertama, pasca Palopo berdiri sebagai kota otonom yang mandiri. Tenriadjeng membangun Palopo melalui strategi 7 dimensi pembangunan, dan berhasil menekan angka kriminalitas dan konflik antarkelompok warga. Di periode wali kota Tenriadjeng pula, keindahan dan kebersihan kota berubah 180 derajat menjadi sangat positif, dengan raihan Piala Adipura beberapa kali. Ia membangun Taman Baca, mengembangkan Lagota sebagai pusat kuliner, membangun Kantor Gabungan Dinas, membangun dan merenovasi hampir seluruh bangunan sekolah, dan berhasil mengubah sungai-sungai Palopo menjadi bersih dan indah. Sepanjang periode Tenriadjeng di tahun 2002-2013, pusat-pusat pertumbuhan baru di Islamic Center dan sekitarnya mulai dikembangkan, serta kawasan sepanjang pesisir timur dan Labombo semakin intens perkembangannya.

 

HPA Tenriadjeng

8. Abdul Rahim Kuty

Rahim Kuty adalah Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman di era walikota Tenriadjeng. Sosok ini menjadi penting terkait wajah Palopo yang semakin bersih dan asri di awal-awal 2000-an. Rahim Kuty berhasil menanam ribuan pohon di hampir sudut Kota Palopo, yang memberi dampak terhadap hadirnya suasana hijau dan teduh di tengah kota. Ia menghiasi taman-taman dan median jalan dengan tanaman-tanaman hias. Ia juga mengembangkan tempat pembuangann sampah akhir (TPA Mancani) yang relatif sangat maju pada saat itu. Karyanya juga bisa dilihat melalui pembangunan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Purangi yang ditata begitu apik.

 

Abdul Rahim Kuty

9. HM Judas Amir

Baca Juga: Penyaluran Bantuan Korban Kebakaran dan Korban Tertimpa Pohon Sagu

Wali kota Judas Amir dalam 7 tahun terakhir berhasil merubah wajah Kota Palopo semakin moderen. Ia membangun wilayah-wilayah pinggiran seperti penuntasan jalan lingkar timur yang dimulai oleh wali kota Tenriadjeng, membangun jalan Maroangin-Padang Lambe, dan jalan penghubung Mancani-Salubattang. Di periode pertamanya, taman-taman kota ditata ulang, jalan-jalan dalam kota dipermulus, drainase diperbaiki, dan penerangan jalan umum dimaksimalkan. Wali kota Judas Amir juga berhasil melakukan penataan kawasan kumuh di sepanjang Ponjalae, Tappong dan Penggoli. Dan yang paling monumental dilakukan oleh walikota periode 2013-2023 ini adalah membangun Kantor Wali Kota Palopo yang ikonik, pasca dibakar massa yang kalah Pilkada.

Judas Amir

10. Prawira Yudha Mappalahere

Prawira Yudha adalah arsitek yang banyak merancang fasilitas publik di periode pertama walikota Judas Amir. Di tahun 2016, ia mendisain Lapangan Pancasila dan mulai direvitalisasi tahun 2017. Ruang terbuka publik ini dipandang banyak kalangan sukses merubah wajah Kota Palopo, baik secara fisik, sosial budaya dan ekonomi. Selain Lapangan Pancasila, Yudha juga mendisain Taman Segitiga Binturu, jalur-jalur pedestrian di tengah-tengah Kota Palopo dan dan ikut merancang Taman Depan Masjid Agung Luwu-Palopo.

Prawira Yudha Mappalahere

Pada prinsipnya, setiap zaman melahirkan karyanya masing-masing, tiap generasi mewariskan peradabannya masing-masing.***

(Penulis : Zulham Hafid)

Editor: Gunawan Bahruddin

Tags

Terkini

Terpopuler