JURNAL PALOPO - Sulawesi Selatan adalah salah provinsi yang kaya akan cerita rakyat.
Salah satu cerita rakyat yang masih dikenal hingga sekarang adalah kisah Ambo Upe dan burung elang.
Cerita rakyat tentang Ambo Upe dan burung elang punya makna yang mendalam terkait pendidikan anak yang cocok untuk saat ini.
Baca Juga: 7 Negara Paling Bersih di Dunia, Inggris Nomor 4, Nomor 2 Mengejutkan
Simak Ambo Upe dan burung Elang berikut.
Pada zaman dahulu kala tersebutlah Seorang kepala desa yang bernama Ambo asse. Ambo asse memimpin sebuah desa yang sebagian besar warganya memelihara kerbau.
Ambo asse memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Ambo Upe. Ambo Upe dikenal sebagai anak yang rajin dan berbakti kepada orang tuanya.
Karena sifatnya tersebut Ambo Upe dipercaya oleh ayahnya untuk menggembalakan kerbau.
Baca Juga: 5 Hal Buat Sistem Pendidikan Finlandia Jadi Yang Terbaik di Dunia, Patut Dicontoh Indonesia
Suatu ketika hari sangat terik Ambo Upe yang sedang menggembalakan kerbau memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang.
Ketika sedang beristirahat tiba-tiba seekor anak burung jatuh di dekatnya. Ambo Upe segera mengambil anak burung tersebut ketika diperhatikan ternyata seekor anak burung elang.
Terdapat luka-luka kecil di badan anak burung elang tersebut. Melihat kondisi tersebut, Ambo Upe segera mengobati sang elang dan memeliharanya.
Anak burung elang yang dipelihara dengan baik oleh Ambo Upe tumbuh menjadi burung elang dewasa. Setiap hari burung elang tersebut selalu mengikuti Ambo Upe menggembalakan kerbau.
Baca Juga: Asal Usul Gunung Arjuna Cerita Rakyat dari Jawa Timur, Kayangan Terguncang Tapa Pendekar Sakti
Ambo Upe bahkan tidak pernah memasukkan burung elang tersebut ke sangkar atau mengikatnya dengan tali.
Seperti biasanya ketika hari sangat terik Ambo Upe yang sedang menggembalakan kerbau nya beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang hingga tertidur.
Ketika sedang tidur seekor kalajengking datang dari atas pohon dan hampir menyengat kepala Ambo Upe.
Tiba-tiba hampir saja ekor kalajengking menyengat kepala Ambo Upe namun burung elang lebih cepat bertindak dengan mematuk kalajengking tersebut. Akibatnya Ambo Upe terbangun karena terkejut.
Singkat cerita, suatu ketika Desa tempat tinggal Ambo Upe diresahkan oleh banyaknya kerbau milik warga yang hilang.
Ambo asse selaku kepala desa pun menjadi gelisah dengan masalah ini. Ambo Upe diminta ayahnya untuk tidak mengembalakan kerbaunya jauh dari desa.
Setelah berbicara dengan ayahnya Ambo Upe justru malah mengembalakan kerbau jauh dari kampung. Dia membawa kerbaunya ke Padang rumput di dekat hutan.
Disaat yang sama burung elang terbang sambil mengeluarkan suara khasnya. Ambo Upe menyadari bahwa elang sedang memperingatkannya tentang suatu hal.
Belum selesai Ambo Upe bicara tiba-tiba muncul tiga orang laki-laki berbadan besar dan berwajah garang.
Ketiga pria tersebut segera mengikat tangan dan kaki Ambo Upe serta meninggalkannya tergeletak tidak berdaya di atas padang rumput.
Kerbau-kerbau Ambo Upe pun dibawa kawanan sang pencuri. Meski begitu, tanpa mereka sadari diikuti burung elang dari jauh.
Setelah mengetahui tempat persembunyian kawanan pencuri tersebut burung elang segera terbang Kembali menuju ke tempat Ambo Upe.
Baca Juga: Teka-teki: Ada Berapa Kubus dalam Gambar? Hanya Sedikit yang Menjawab Benar
Burung elang tersebut mematuki tali-tali yang mengikat tangan dan kaki Ambo Upe. Burung elang lalu memberi tanda kepada Ambo Upe tentang tempat persembunyian sang pencuri.
Ambo Upe segera berlari menuju desa demi memberitahukan kondisi ini pada ayahnya dan warga desa.
Sesampainya di desa Ambo Upe segera mengumpulkan warga desa di depan rumahnya. Ambo Upe menceritakan semua yang dialaminya kepada ayahnya.
Ambo asse serta puluhan warga desa dengan bersenjatakan parang dan tombak berjalan mengikuti burung elang menuju tempat persembunyian para pencuri kerbau tersebut.
Baca Juga: Kisah Nenek Pakande dari Sulawesi Selatan, Sosok Wanita Renta yang Suka Makan Daging Anak anak
Ambo asse dan Ambo Upe mengintip tiga kawanan perampok yang seperti sedang bersantai di depan mulut Goa.
Ambo Asse dan Ambo Upe segera menghadapi sang pencuri dan meminta kerbaunya kembali. Meski begitu, 3 pencuri tersebut malah berniat memukul Ambo Upe dan ayahnya.
Saat hendak memukul keduanya, para warga desa segera berlari menuju sang pencuri dengan membawa parang.
Melihat sejumlah warga desa yang berdatangan membawa parang, ketiga pencuri berlari dan warga desa pun mengejarnya.
Baca Juga: Aurora Pernah Terjadi di Dekat Khatulistiwa Loh, Orang Australia Pertama yang Melihatnya
Hingga akhirnya 3 pencuri tersebut lompat ke sebuah sungai yang sangat dalam. Mereka mengejak Ambo Upe dan warga desa karena tidak turun menangkap mereka.
Alih-alih turun menangkap sang pencuri, Ambo Asse memperingatkan mereka bahwa sungai tersebut dihuni banyak buaya yang kelaparan.
Akhirnya 3 pencuri tersebut dimakan buaya hingga tewas. Ambo Upe dan warga desa berhasil membawa pulang kerbau-kerbau mereka yang telah dicuri.***