BWF Tutup Kualifikasi Olimpiade Tokyo, Jepang Justru Perpanjang Keadaan Darurat Covid-19

29 Mei 2021, 19:10 WIB
Jepang Perpanjang Status Keadaan Darurat Menyusul Ditutupnya Masa Kualifikasi BWF untuk Olimpiade Tokyo 2020/Reuters/Issei Kato/ /

JURNAL PALOPO – BWF atau Federasi Bulu Tangkis Dunia telah mengumumkan ditutupnya masa kualifikasi pada Jumat, 28 Mei 2021 kemarin melalui laman website dan Instagram-nya.

BWF juga mengonfirmasi tidak akan ada turnamen yang dimainkan lagi dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.

BWF juga secara resmi telah menutup masa kualifikasi bulu tangkis pada 15 Juni 2021 lalu.

Baca Juga: Terkait Ramalan Pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora, Derry: Bukan Tipe Gue Nyuruh Artis Bikin Gimik

Peringkat para atlet pun sudah memasuki tahap final dan tidak akan ada perubahan lagi.

Undangan yang berisi daftar susunan para peserta serta urutan pemain unggulan juga akan dengan segera dikirimkan.

Sekretaris Umum BWF, Thomas Lund mengatakan keputusan penutupan kualifikasi dikarenakan para atlet sudah tidak memiliki peluang untuk menambah poin dari turnamen tersebut.

Thomas mengungkapkan BWF masih butuh konfirmasi dari Komite Olimpiade Nasional dan Asosiasi Anggota untuk kemungkinan adanya pemindahan lokasi Olimpiade.

Baca Juga: Sisi Kepribadian Negatif 12 Zodiak yang Perlu Diketahui, Ada yang Impulsif Hingga Pemalas

“Ini akan memakan waktu beberapa minggu untuk diselesaikan,” ucapnya.

Dirangkum dari laman website resmi BWF, total 172 atlet bulu tangkis yang dipastikan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.

Masing-masing pemain tunggal putra dan putri sebanyak 38 atlet, sementara pasangan putra, putri, serta ganda campuran masing-masing berjumlah 32 atlet.

Dikabarkan juga Indonesia telah menyumbang sebanyak 7 atlet untuk mewakili pertandingan Olimpiade Tokyo 2020.

Baca Juga: 6 Tips Positif Melanjutkan Hidup Setelah Berduka, Jangan Pendam dan Ceritakan

Namun di lain sisi, rupanya Jepang justru memperpanjang keadaan darurat Covid-19 di semua wilayah selama lebih dari 20 hari.

Hal ini membuat nasib Olimpiade Tokyo 2020 kian tidak menentu yang rencananya akan dilaksanakan selama lebih dari 50 hari.

Osaka menjadi daerah yang paling parah kasus Covid-19-nya di Jepang bagian barat.

Dirangkum dari Reuters, kekhawatiran tentang varian virus corona jenis baru serta proses vaksinasi yang lambat, telah mendesak dokter, beberapa eksekutif terkenal, dan ratusan ribu warga untuk membatalkan Olimpiade pada 23 Juli mendatang.

Baca Juga: KM. Karya Indah Bermuatan 181 Penumpang Terbakar di Laut Maluku Utara, Begini Kondisinya

Tetapi, Pejabat Jepang, penyelenggara Olimpiade, dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) berkata Olimpiade akan tetap dilanjutkan dengan aturan pencegahan virus yang ketat.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan persiapan permainan akan menjamin keamanan bagi para atlet.

“Saya sadar banyak orang yang prihatin tentang penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade, dan saya pun menganggapnya dengan serius,” katanya.

Dirangkum dari AP News, Jepang sangat tertinggal dalam hal vaksinasi karena birokrasi dan perencanaan kesehatan yang kurang matang.

Baca Juga: Info CPNS 2021: Resmi Ditunda, BKN Umumkan Pendaftaran CPNS dan PPPK Belum Dibuka 31 Mei 2021

Staf medis di Jepang juga kekurangan banyak orang. Disebutkan juga bahwa hanya 2,3 persen yang telah divaksin dari seluruh jumlah populasi Jepang.

Namun data dari Reuters mengatakan sebaliknya, bahwa justru sekitar 6 persen warga Jepang telah menerima vaksin.

Pemerintah Jepang telah berencana untuk memvaksinasi sekitar 30 persen populasi Jepang pada akhir Juli 2021 nanti.

Olimpiade Tokyo 2020 dijadwalkan akan dimulai pada 23 Juli 2021 setelah setahun tertunda akibat pandemi Covid-19.

Hanya warga lokal saja yang bisa menyaksikan, sedangkan untuk warga negara asing telah dilarang sebelumnya oleh pemerintah Jepang.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Tags

Terkini

Terpopuler