Namun demikian lebih baiklah aku jatuh ke dalam tangan kamu dengan tidak berbuat demikian, dari pada berbuat dosa di hadapan Tuhan.”
Lalu Susana berteriak-teriak dengan suara nyaring. Tetapi kedua orang tua-tua itupun berteriak-teriak pula melawan Susana.
Yang satu lari membuka pintu taman. Demi teriak di taman itu didengar oleh orang-orang yang ada di dalam rumah, bergegas-gegas masuklah mereka lewat pintu samping untuk melihat apa yang terjadi dengan Susana.
Setelah kedua orang tua-tua itu memberikan keterangan-keterangan maka amat malulah para pelayan, sebab belum pernah hal semacam itu dikatakan tentang Susana.
Baca Juga: Bacaan Doa dan Renungan Injil Katolik Liturgi Kamis 14 Maret 2024: Saksi Bisu dan Palsu
Ketika keesokan harinya rakyat berkumpul lagi pada Yoyakim, suami Susana, datang pula kedua orang tua-tua itu penuh dengan angan-angan fasik terhadap Susana untuk membunuh dia.
Di depan rakyat mereka berkata: “Suruhlah ambil Susana anak Hilkia, isteri Yoyakim!” Maka diambillah ia. Datanglah Susana dengan disertai orang tuanya.
Anak-anaknya dan kaum kerabatnya. Sanak saudara dan semua yang melihat Susana menangis.
Sementara kedua orang tua-tua itu berdiri di tengah-tengah rakyat dan meletakkan tangan mereka di atas kepala Susana, maka Susana sendiri menengadah ke Sorga sambil menangis, sebab hatinya tetap percaya pada Tuhan.