Kisah Dibalik Hari Raya Idul Adha, Ini Makna dan Sejarahnya : Ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail Diuji

- 28 Mei 2023, 06:30 WIB
Ilustrasi kisah Hari Raya Idul Adha mengenai keimanan Nabi Ibrahim dan Ismail.
Ilustrasi kisah Hari Raya Idul Adha mengenai keimanan Nabi Ibrahim dan Ismail. /bandung.go.id/

JURNALPALOPO.COM - Kisah di balik Hari Raya Idul Adha erat kaitannya dengan Nabi Ibrahim dan Ismail.

Ya, Hari Raya Idul Adha memperingati perjuangan Nabi Ibrahim sebagai ayah dan Ismail sebagai anak.

Hari Raya Idul Adha menggambarkan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Baca Juga: Hari Raya Pentakosta 2023 Pakai Baju Warna Apa? Cek Disini beserta Maknanya

Dalam Hari Raya Idul Adha kita bisa memaknai ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk menaati perintah Allah SWT. 

Untuk itu, simak kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang jadi cikal bakal Hari Raya Idul Adha.

Hari Idul Adha adalah peringatan akan peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim bersedia untuk mengorbankan sang anak, Nabi Ismail.

Baca Juga: Bukan Yuran Fernandes atau Kike Linares, Hari Ini PSM Makassar Umumkan Pemain Belasteran Kanada yang Stay

Hal itu dilakukan Nabi Ibrahim sebagai bentuk kepatuhannya terhadap perintah Allah SWT.

Pada saat itu, Nabi Ibrahim yang sudah berusia lanjut (terdapat suatu riwayat yang menyatakan bahwa usianya mencapai 85 tahun) bersama istrinya, Siti Hajar, belum dikaruniai anak.

Meski sudah berusia lanjut, Nabi Ibrahim punya keinginan mempunyai seorang Putera.

Baca Juga: Renungan dan Doa Harian Liturgi Katolik Minggu 28 Mei 2023 : Hari Raya Pentakosta, Damai Sejahtera Bagimu

Keinginan mempunyai putera itu untuk meneruskan perjuangan dan dakwah Nabi Ibrahim kepada kaumnya.

Untuk itu, Nabi Ibrahim berdoa kepada pemilik langit dan bumi agar diberikan keturunan yang sholeh.

Saking tekunnya berdoa, doa Nabi Ibrahim diabadikan dalam Al-Quran, yaitu pada surah Ash-Shaffat ayat 100.

Baca Juga: EXTENDED!!! Yuran Fernandes Stay di PSM Makassar, Kike Linares Gantikan Posisi Agung Mannan

Melalui doa-doa itulah Allah SWT mewujudkan keinginan Nabi Ibrahim melalui istri keduanya, yaitu Siti Hajar.

Perlu diketahui Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar tepat setelah dia melakukan kunjungan ke wilayah Mesir.

Nabi Ibrahim pun membawa Siti Hajar ke Mekah untuk tinggal di sana.

Baca Juga: Kalender Liturgi Katolik Minggu 28 Mei 2023 : Hari Raya Pentakosta, Lengkap Bacaan Injil dan Mazmur Tanggapan

Keduanya melangsungkan pernikahan dan beberapa saat setelah itu, Siti Hajar mengandung hingga lahirlah anak laki-laki yang diberi nama Ismail.

Sayangnya, kebersamaan Nabi Ibrahim dengan anak dan istrinya tidak dapat dirasakan dalam waktu yang lama.

Sebab, Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan memerintahkannya segera kembali ke istri pertamanya, yakni Siti Sarah di kota Yerusalem.

Baca Juga: Renungan Malam Pentakosta : Utuslah Roh Kudusmu Ya Tuhan !!! Perbaharuilah Hati dan Hidup Kami

Meskipun begitu, Nabi Ibrahim dan Siti Hajar tetap ikhlas dan tawakkal dalam menerima perintah Sang Khalik.

Nabi Ibrahim dengan berat hati dan sedih karena harus meninggalkan Siti Hajar dan Ismail yang kala itu masih menyusui di daerah Mekkah.

Nabi Ibrahim tidak langsung meninggalkan mereka begitu saja, tetapi melakukan persiapan dengan membekali istri dan anaknya dengan beberapa potong roti dan sebuah air di guci untuk diminum.

Baca Juga: Bacaan Liturgi Katolik Minggu 28 Mei 2023, Lengkap dengan Mazmur Tanggapan

Selama ditinggal suaminya, Siti Hajar mengalami banyak sekali cobaan, salah satunya adalah kesulitan dalam menemukan sumber air minum yang layak untuk anaknya.

Pencariannya Siti Hajar mencari sumber air minum tersebut dilakukannya dengan cara berjalan cepat sebanyak tujuh kali, dari Shafa ke Marwah.

Peristiwa pencarian sumber mata air itulah yang kemudian “diabadikan” dalam proses ibadah Sa’I yang menjadi salah satu rukun ibadah Haji, yakni dengan lari-lari kecil dari Shafa ke Marwah.

Baca Juga: Begini Kabar Terbaru Kike Linares, Pemain Asal Filipina yang Jadi Incaran PSM Makassar, Sudah DEAL ?

Perlu kamu ketahui sumber mata air yang ditemukan Siti Hajar tersebut menjadi sumber air abadi yang kemudian dinamakan sebagai Zam-zam.

Singkat cerita, beberapa tahun kemudian, akhirnya Nabi Ibrahim kembali lagi ke Mekah untuk menemui Siti Hajar dan Ismail.

Nabi Ibrahim tentu bahagia, apalagi Ismail sudah tumbuh menjadi anak yang sehat.

Baca Juga: PSM Makassar Bisa Tambah 2 Pemain Asing, Adilson Silva dan Kike Linares Jadi Pilihan

Namun, belum lama menikmati pertemuannya dengan keluarga tercintanya, Allah SWT memberikan ujian lagi kepada Nabi Ibrahim.

Pada saat itu, melalui mimpi, Allah SWT memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih puteranya, Ismail.

Hal tersebut tentu saja membuat Nabi Ibrahim bimbang, karena itu merupakan perintah langsung dari Allah SWT.

Baca Juga: 4 Nama Pemain Asing yang Dirumorkan dengan PSM Makassar, Ada Adilson Silva Hingga Kike Linares

Tapi di sisi lain, Nabj Ibrahim juga sangat menyayangi anaknya tersebut. Dalam riwayat, Nabi Ibrahim sampai diberi mimipi tiga kali oleh Allah SWT.

Dengan berat hati, Nabi Ibrahim mengajak bicara Ismail bahwa dirinya harus menyembelih anaknya itu.

Bukannya menolak, Nabi Ismail malah menyanggupi apa yang jadi perintah Allah SWT itu.

Baca Juga: WELCOME !!! Gelandang Serang Persis Solo Resmi Berseragam Persija Jakarta, Persib Apa Kabar?

Jawaban Ismail itupun membuat Nabi Ibrahim kaget. Nabi Ibrahim tak menyangka anaknya mempunyai ketakwaan yang luar biasa kepada Allah SWT.

Waktu untuk menyembelih Ismail pun datang. Awalnya Nabi Ibrahim sangat ragu untuk mengarahkan pisau kepada anaknya.

Kemudian, Ismail berkata “Wahai Ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepadamu. Engkau akan menemuiku insyaAllah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah Allah SWT…”

Baca Juga: Kalender Liturgi Katolik Sabtu 27 Mei 2023, Lengkap Bacaan Injil dan Mazmur Tanggapan

Hal itu lalu membuat Nabi Ibrahim bersedih sekaligus bersyukur, dan seraya berkata “Bahagialah aku mempunyai seorang putra yang taat kepada Allah SWT, bakti kepada kedua orang tua dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah SWT…”

Kemudian, ketika prosesi penyembelihan tiba, diikatkanlah kedua tangan dan kaki Ismail di atas lantai.

Lalu Nabi Ibrahim dengan memejamkan matanya, memegang pisau (parang)nya ke arah leher Nabi Ismail dan penyembelihan pun dilakukan.

Baca Juga: Renungan dan Doa Harian Liturgi Katolik Sabtu 27 Mei 2023, Menjadi Seperti Murid Favorit Yesus

Namun, Allah SWT langsung mengganti posisi Nabi Ismail tersebut dengan domba yang diturunkan dari langit. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran yakni pada QS As-Shaffat ayat 107-110.

Melalui peristiwa penyembelihan Nabi Ismail yang kemudian digantikan menjadi hewan domba oleh Allah SWT inilah yang menjadikan sejarah dari Hari Raya Idul Adha.

Tak hanya itu, melalui peristiwa hidup yang dialami oleh Nabi Ibrahim beserta keluarganya juga menjadikan lahirnya Kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Muslim di seluruh dunia beserta dengan keberadaan air Zam-zam yang tidak pernah kering sejak ribuan tahun silam.

Baca Juga: Bacaan Liturgi Katolik Sabtu 27 Mei 2023, Lengkap dengan Mazmur Tanggapan

Makna yang dapat dipetik dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ialah ketakwaan keduanya yang tak sedikit pun goyah meski diberi ujian berat. ***

Editor: Eko Prasetyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x