Sejak awal, Demokrat tahu mereka harus memenangkan beberapa segmen pemilih utama.
Pada 2016, ada 4,4 juta orang yang memilih Obama-Biden pada 2012 tetapi tidak mau repot-repot memilih Clinton-Kaine.
Joe Biden tahu dia bisa menang jika dia bisa mendapatkan sebagian kecil dari pemilih di negara bagian yang tepat untuk keluar untuknya pada tahun 2020.
Selain itu, ada 2,3 juta pemilih Obama-Biden yang memilih kandidat partai ketiga pada 2016. Sekali lagi, jika Joe Biden bisa mendapatkan sebagian kecil dari pemilih itu, dia akan menang.
Baca Juga: Ketahui Kepribadian Seseorang Lewat Cara Berjalan, Jalan Menunduk Sosok yang Menutup Diri
Karena itu, kampanye Biden-Harris sangat menargetkan para pemilih tersebut. Secara khusus, dengan keunggulan terorganisir, pwencanaa matang, dan didanai dengan baik, kampanye Biden tidak pernah kehilangan fokus untuk membangun kembali Tembok Biru.
"Jika saya akan mengalahkan Donald Trump pada tahun 2020, itu akan terjadi di sini," kata presiden terpilih itu kepada para pemilih di Pittsburgh, Pennsylvania selama pidato pertamanya dari kampanye utamanya pada April 2019.
Joe Biden menghabiskan US $ 169,2 juta atau sekitar Rp2,3 T untuk beriklan di Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin saja. Sebaliknya, Joe Biden menghabiskan lebih sedikit di Texas dan Arizona.
Pakar strategi Demokrat Michael Meehan mengatakan akan lebih murah jika membeli banyak stasiun radio di negara bagian tersebut.
Baca Juga: Polusi Udara, Italia Terus-menerus Melanggar Undang-undang Udara Bersih UE