Krisis Pandemi, UNICEF : Banyak Anak Kekurangan Gizi di Yaman

- 26 Juni 2020, 19:09 WIB
Ilustrasi anak. /Pixabay/Fifaliana-joy
Ilustrasi anak. /Pixabay/Fifaliana-joy /

JURNALPALOPO.com - UNICEF pada Jumat, 26 Juni 2020, melaporkan sebanyak 2,4 juta anak-anak di Yaman kekurangan gizi pada akhir tahun karena kurangnya dana kemanusiaan.

Dalam laporan UNICEF tersebut menyebutkan terdapat kenaikan 20 persen dalam jumlah anak yang kekurangan gizi di bawah usia lima tahun di negara itu.

"Jika kita tidak menerima dana mendesak, anak-anak akan didorong ke ambang kelaparan dan banyak yang akan mati. Kami tidak bisa melebih-lebihkan skala darurat ini," kata perwakilan UNICEF Yaman Sara Beysolow Nyanti.

Baca Juga: Sungai Masamba Meluap, IDP : Normalisasi Masih Terus Dilakukan

Perang yang mengadu gerakan Houthi telah menghancurkan Yaman selama lebih dari lima tahun. Puluhan ribu orang tewas akibat perang ini diantaranya warga sipil membuat negara tersebut mengalami krisis kemanusiaan yang terburuk di dunia.

Hal ini selaras dengan Iran yang mengendalikan sebagian besar negara dan koalisi dibawah  Saudi yang mendukung pemerintah dengan pengakuan internasional yang berbasis di selatan.

PBB mengatakan tidak memiliki cukup dana untuk mempertahankan respons bantuan terbesar di dunia. Bulan ini pihaknya berjanji mengangkat setengah dari apa yang dibutuhkan dan program bantuan yang berdampak pada jutaan akan ditutup dalam beberapa minggu mendatang.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiranrakyat-cirebon.com dengan judul "Kurang Dana Saat Krisis Pandemi, UNICEF Laporkan Banyak Anak Kekurangan Gizi di Yaman"

Baca Juga: Peringati Hari Anti Narkoba Internasional, Walikota Palopo Ikut Menyemarakkan Secara Virtual

UNICEF meminta US $ 461 juta untuk tanggapan kemanusiaan, yang saat ini hanya 39 persen didanai, dan US $ 53 juta untuk tanggapan Covid-19 yang hanya didanai 10 persen.

Program sanitasi, imunisasi, dan gizi buruk pengurangan risiko dan penutupan.

Sistem kesehatan Yaman sudah di ambang kehancuran membutuhkan bantuan. Kolera, malaria dan demam berdarah terjadi di tengah populasi yang kekurangan gizi bahkan sebelum wabah coronavirus.

Sekira 7,8 juta anak sekarang tidak bersekolah, menempatkan mereka pada risiko pekerja anak, perekrutan ke dalam kelompok bersenjata dan pernikahan anak, kata UNICEF.

Baca Juga: Longsor di Jalan Poros Palopo Toraja, 5 Rumah Warga Ikut Runtuh

"UNICEF sebelumnya mengatakan, dan sekali lagi mengulangi, bahwa Yaman adalah tempat terburuk di dunia untuk menjadi seorang anak dan itu tidak menjadi lebih baik," kata Nyanti.

Kasus infeksi coronavirus yang dilaporkan oleh otoritas Yaman melampaui 1.000 pada Rabu, tetapi PBB mengatakan virus tersebut menyebar tanpa tanggung-tanggung di negara dengan sistem kesehatan yang hancur dan infeksi kemungkinan jauh lebih tinggi.***

(Penulis : Nur Annisa)

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Pikiran Rakyat Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x