MUI Ajak Boikot Produk Prancis, Menag: Macron Telah Melukai Umat Islam

30 Oktober 2020, 18:16 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron. /ANTARA FOTO/REUTERS/POOL./

JURNALPALOPO - Respon atas pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang melecehkan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam (SAW) datang dari umat Islam dan beberapa negara Islam di dunia.

Salah satunya datang dari Indonesia. Respon tersebut berupa ajakan pemboikotan produk Prancis yang diserukan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini seiring dengan bersikerasnya Macron yang masih tidak mau meminta maaf atas pernyataannya.

"Memboikot semua produk yang berasal dari negara Prancis serta mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan tekanan dan peringatan keras kepada Pemerintah Prancis," kata Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

Baca Juga: Cara Baru Bayar QRIS, Unggah QRIS ke ShopeePay Dari Galeri Ponsel

Dikutip dari Antara, ia meminta Pemerintah Indonesia untuk sementara waktu menarik Duta Besar Indonesia di Paris, Prancis, hingga Presiden Macron menarik ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam se-dunia yang melontarkan pernyataan bernada 'Islamophobia'.

Muhyiddin mengatakan umat Islam tidak ingin mencari musuh tetapi hanya ingin hidup berdampingan secara damai dan harmonis.

Waketum MUI itu juga meminta Presiden Prancis segera menghentikan segala tindakan penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW, terlebih Komisi HAM PBB menyebut penghinaan terhadap Rasulullah bukanlah bentuk kebebasan berekspresi.

Ia juga mendukung sikap Organisasi Kerja sama Islam (OKI) yang telah memboikot produk-produk dari Prancis.

Baca Juga: 'Petualang Sherina 2' akan Segera Hadir, Mira Lesmana: akan Ada di 2021

"Mendesak kepada Mahkamah Uni Eropa untuk segera mengambil tindakan dan hukuman kepada Prancis atas tindakan dan sikap Presiden Emmanuel Macron yang telah menghina dan melecehkan Nabi Besar Muhammad SAW," kata Muhyiddin Junaidi.

Sementara tu, Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menyatakan bahwa dirinya mendukung sikap yang telah ditempuh oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang memanggil Duta Besar Perancis dan menyampaikan kecaman terhadap pernyataan Presiden Perancis yang dinilai menghina Islam.

Lebih lanjut, Menag Fachrul Razi menilai bahwa pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron telah melukai umat Islam lantaran telah mengaitkan agama Islam dengan tindakan terorisme.

Setiap umat beragama harus menghormati simbol-simbol agama yang dianggap suci oleh pemeluk agama lain, termasuk terkait pemahaman visualisasi Nabi Muhammad, katanya di Jakarta, pada Kamis 29 Oktober 2020, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com (PR) dari laman Kementerian Agama.

Baca Juga: Terungkap, Pelaku Penikaman Ustadz M Zaid Ternyata Seorang Pecatan Polri

Lebih lanjut, dikatakannya bahwa kebebasan berpendapat tidak boleh dilakukan hingga melampaui batas.

Kebebasan berpendapat atau berekspresi tidak boleh dilakukan melampaui batas atau kebablasan sehingga mencederai kehormatan, kesucian, dan kesakralan nilai dan simbol agama apapun,” ucapnya.

Selain itu, Menag Fachrul Razi menilai bahwa menghina simbol agama dapat dianggap sebagai tindakan melanggar hukum.

Sehingga dikatakannya bahwa pelaku itu dinilai harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

Baca Juga: Tes Kepribadian : Ungkap Karakter Anda Lewat 4 Jenis Tempat Liburan

Dalam kesempatan yang sama, Menag Fachrul Razi mengingatkan bahwa agama Islam tidak membenarkan tindakan main hakim sendiri. hal tersebut lantaran Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Adapun pernyataan Presiden Prancis itu, mengatakan ihwal pembahasan karikatur Nabi Muhammad SAW di sekolah dalam mata pelajaran yang dinilai sebagai kebebasan berekspresi.

Pernyataan inilah yang kemudian memancing emosi umat Islam se-dunia untuk mengecam serta menuntut Macron menarik pernyataannya dan meminta maaf.

Sementara itu pimpinan presidium organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia juga mengharapkan Pemerintah Indonesia dapat segera merespon dan mengambil sikap atas pernyataan Presiden Prancis dengan mendorong permintaan maafnya kepada umat Islam. 

Baca Juga: Serangan di Gereja Prancis 3 Orang Tewas, Indonesia Ikut Kecam Aksi Teror

"Hal ini agar polemik yang dapat menimbulkan perpecahan kerukunan umat beragama tidak berlarut,' kata Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebutkan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia.

MER-C menyayangkan sekaligus mengecam pernyataan Macron itu sebagai pernyataan yang tidak bertanggung jawab dan memecah belah kerukunan umat beragama di dunia

"Kami turut menyayangkan sekaligus mengecam pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Itu adalah pernyataan yang tidak bertanggung jawab.

Macron telah menyebarkan kesalahpahaman terhadap Islam. Sebuah penyataan yang dapat memecah belah kerukunan umat beragama di dunia," katanya Sarbini.

Baca Juga: Trending YouTube, Ini Lirik Lagu Dangdut 'Tatitut' Ayu Ting Ting

"Macron mestinya bijak dalam menilai Islam," tambah Sarbini Abdul Murad, dokter pertama Indonesia yang berada di garis depan perbatasan Rafah, Mesir-Palestina saat perang 22 hari Palestina-Israel akhir Desember 2008 .

Ia menjelaskan Macron mestinya bisa belajar dari sosok Vladimir Putin, Presiden Rusia yang bijak dalam melihat Islam. Meski di Rusia terjadi pemberontakan separatis Chechen, tidak berarti Putin menyudutkan Islam secara keseluruhan. 

Sementara Macron sebagai orang nomor satu di Prancis memilih membiarkan dan menolak untuk melarang keputusan media di negara tersebut, Charlie Hebdo yang menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad SAW pada September 2020 dengan alasan kebebasan berekspresi, suatu sikap pemimpin negara yang sangat melukai dan menuai reaksi keras dari berbagai kalangan umat Islam di seluruh dunia. 

Hal ini berbahaya karena menjadi modus menyebarkan kebencian terhadap Islam.

Baca Juga: 4 Daftar Air Terjun Paling Angker di Indonesia, Salah Satunya Air Terjun Pengantin

"Untuk itu, MER-C meminta kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk segera meminta maaf kepada umat Islam dunia. Kami pikir meminta maaf adalah jalan yang bijak, serta melarang kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW," demikian Sarbini Abdul Murad***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Pikiran Rakyat ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler