Vlodymyr Zelensky Dituding Menyabotase Negosiasi Perdamaian Rusia-Ukraina untuk Kepentingan Dirinya

1 Maret 2022, 21:07 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dituding menyabotase negosiasi dengan Rusia /Twitter/@ZelenskyyUa//

JURNAL PALOPO - Negosiasi membahas perdamaian antara Rusia dan Ukraina seharusnya dimulai pada 28 Februari 2022.

Negosiasi awalnya akan dilakukan di Gomel, Belarusia, tetapi pihak Ukraina meminta pergantian tempat yang netral.

Negosiasi ini meminta penghentian operasi militer khusus untuk memastikan keamanan Donetsk (DPR) dan Luhansk (LPR).

Baca Juga: Tujuan Belum Tercapai, Invasi Rusia ke Ukraina masih akan Berlanjut Sampai Waktu yang Tidak Ditentukan

Delegasi Rusia terdiri dari perwakilan Kementerian Luar Negeri, Administrasi Presiden dan lembaga penegak hukum.

Pejabat lainnya yang masuk dalam delegasi adalah kepala Komite Duma Negara untuk Urusan Internasional, Leonid Slutsky, Duta Besar Rusia untuk Minsk Boris Gryzlov.

Delegasi ini dipimpin mantan Menteri Kebudayaan, dan sekarang Ajudan Presiden, Vladimir Medinsky yang telah berada di lokasi perundingan.

Tapi pihak Kiev sama sekali tidak muncul. Bahkan komposisi delegasi yang seharusnya datang ke perbatasan pun tidak diketahui karena sudah berubah.

Baca Juga: Lee Young Ae Donasi Bantuan ke Ukraina, Dmytro Ponomarenko: Kami Senang dan Tersentuh

"Bagi kami setiap jam, setiap menit... Semakin cepat negosiasi dimulai, semakin baik," kata Vladimir Medinsky dikutip dari Moskow Post.

"Kami hadir untuk perdamaian, jika terjadi penolakan negosiasi, semua tanggung jawab akan berada di pihak Ukraina," lanjut Medinsky. 

Terlepas dari posisi tentara Ukraina yang terdesak, politisi Ukraina dianggap terburu-buru untuk mendapatkan poin politik dari Amerika Serikat dan Eropa.

Sehingga mereka sama sekali tidak menghentikan krisis yang terjadi di negaranya. Hal ini dinyatakan dalam banyak faktor. Salah satunya adalah kesiapan untuk bernegosiasi.

Baca Juga: Bali United Disindir Pelatih Persib Bandung, Teco Bicara Statistik Lawan Pangeran Biru

Sebelumnya, baik di Rusia dan Belarusia, telah mengkonfirmasi bahwa sejumlah upaya untuk menghubungi pemimpin Ukraina berakhir sia-sia.

Kemudian, ketika situasi di zona operasi khusus semakin memanas, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky pertama kali mengkonfirmasi kesiapan, kemudian menolak untuk bernegosiasi.

Di situs pemerintah Rusia, pihak Ukraina menyatakan siap untuk berbicara di Minsk atau Gomel di wilayah Belarusia.

Awalnya menyetujui pertemuan di Gomel, kemudian diputuskan untuk bertemu di perbatasan Ukraina-Belarusia.

Baca Juga: China Tidak Dapat Dijadikan Sekutu, Bermain 2 Kaki Dalam Hubungan Internasional dengan Rusia dan Amerika

Diduga, Zelensky khawatir tentang keamanan delegasi, yang tampaknya akan menimbulkan masalah di Minsk.

Alasannya sederhana, tentara DPR dan LPR dengan dukungan Rusia memadati mereka di seluruh zona operasi khusus.

Menampilkan dirinya sebagai penentang dari agresor, Zelensky tidak hanya mendapatkan poin politik di depan penduduknya sendiri.

Ia juga berhasil memanas-manasi negara-negara Barat yang akhirnya mengirimkan bantuan senjata hingga bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Hadapi Persija Jakarta, Persib Bandung Bakal Tampil Habis-habisan, David da Silva: Kami Terbaik

Kemarin malam waktu Moskow, kepala diplomasi Eropa, Josep Borrel, mengatakan bahwa Eropa akan memasok pesawat tempur ke Ukraina.

Ketua Fraksi Servant of the People, asisten Presiden Ukraina, dan sejumlah pejabat lainnya melaporkan tentang keberhasilan militer, tanpa memberikan bukti apa pun. 

Analis yakin bahwa mereka tidak tertarik untuk menghentikan operasi dan menjalin hubungan dengan Rusia.

Ini sangat menguntungkan bagi Amerika Serikat, yang ingin bertarung dengan Rusia hingga Ukraina hancur lebur.

Baca Juga: Persib Bandung Bentrok Persija Jakarta, Robert Alberts: Kami Sudah Tahu Permainan Macan Kemayoran

Semakin lama negosiasi disabotase, semakin lama pula invasi Rusia berlangsung di Ukraina.

Sementara kurator dari Washington dan Brussel sama sekali tidak memikirkan warga biasa Ukraina yang mengalami krisis selama delapan tahun terakhir.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Moskow Post

Tags

Terkini

Terpopuler