JURNAL PALOPO- Taliban mendorong sekolah dibuka kembali, hal ini diungkapkan kelompok tersebut yang kini berkuasa di Afghanistan.
Meski Taliban , mereka mengatakan sekolah harus memisahkan siswa laki-laki dan perempuan.
Dikutip Jurnal Palopo dari Reuters, seorang pejabat senior Taliban mengatakan bahwa pembatas kelas seperti menggunakan gorden "dapat diterima sepenuhnya".
Dia juga menganjurkan lebih baik "seorang guru yang sama yang mengajar kedua belah kelas" mengingat Afghanistan "memiliki tenaga kerja dan sumber daya yang terbatas" seperti yang dikutip Jurnal Palopo dari Reuters.
Baca Juga: Kampus Kembali Dibuka, Begini Cara Mahasiswa Belajar di Afghanistan
Beberapa guru mengaku tidak yakin aturan seperti apa yang akan diberlakukan di bawah kekuasaan Taliban, yang sampai saat ini masih belum membentuk pemerintahannya setelah tiga minggu berkuasa.
Meski demikian, telah beredar sebuah dokumen berisi panduan untuk melanjutkan kelas yang diedarkan oleh asosiasi universitas swasta Afghanistan.
Di dokumen itu tertulis aturan-aturan seperti mahasiswa perempuan harus mengenakan jilbab dan masuk melalui pintu masuk atau gerbang terpisah.
Disebutkan pula guru perempuan harus mengajar siswa perempuan. Siswa perempuan juga harus diajar secara terpisah, atau di kelas yang lebih kecil, dipisahkan oleh gorden.
Masih belum jelas apakah dokumen tersebut merepresentasikan aturan resmi Taliban.
Jurubicara Taliban masih belum memberikan komentarnya atas dokumen yang beredar, foto yang menggambarkan kelas yang terpisah, atau bagaimana perkuliahan di kampus akan berjalan.
Di sisi lain, pihak luar negeri akan mengamati dengan ketat apa yang terjadi di sekolah dan kampus di seluruh penjuru Afghanistan.
Mereka ingin memastikan Taliban memenuhi hak wanita, sebagai ganti dari bantuan vital dan hubungan diplomatik.
Baca Juga: Ribuan Orang Frustasi, Penerbangan Carter Amerika Tak Dapat Izin dari Taliban Tinggalkan Afghanistan
Ketika berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001, kelompok tersebut melarang anak perempuan bersekolah dan wanita berkuliah ataupun bekerja.
Karenanya, kembali berkuasanya Taliban telah menimbulkan kekhawatiran bagi wanita di negara tersebut. Mereka takut akan kehilangan hak yang telah mereka perjuangkan selama 20 tahun.
Meski minggu-minggu belakangan ini Taliban telah berjanji akan menghormati hak wanita dengan mengacu pada hukum Islam, masih belum jelas bagaimana janji tersebut akan direalisasikan.***