Wah! Ternyata Begini Cara Korea Selatan Dapatkan Teknologi AS untuk Digunakan di KF-21 Boramae

- 10 Januari 2022, 07:05 WIB
Kisah terciptanya jet tempur KF-21 Boramae
Kisah terciptanya jet tempur KF-21 Boramae / / KAI

JURNAL PALOPO - Proyek kolaborasi Korea Selatan dan Indonesia KF-21 Boramae sebentar lagi akan melakukan uji terbang.

Jika sesuai jadwal, KF-21 Boramae akan melakukan terbang perdananya pada Juli 2022 dengan tujuh penerbang yang terdiri dari TNI AU dan Angkatan Udara Korea Selatan.

Dalam proyek KF-21 Boramae, Indonesia menanggung 20 persen dari total biaya pengembangan dan produksi.

Baca Juga: Makin Menguat, Lerby Eliandry Gabung Persib Bandung, Stefano Lilipaly Panas

Indonesia akan membayar sekitar Rp20,5 triliun dari total Rp95,5 triliun, itupun masih diberikan keringanan dengan pemotongan sekitar Rp1,6 triliun.

Dikutip dari Zona Jakarta, selain keringanan dalam bentuk pemotongan, Korea Selatan juga membolehkan Indonesia membayar dengan cara dicicil selama lima tahun.

Pembayaran juga tidak dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk imbal dagang yang dibayarkan Indonesia ke Korea Selatan.

Hal ini dikarenakan kondisi keuangan Indonesia yang tidak stabil akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

Baca Juga: Spoiler Snowdrop Episode 9: Eun Young Ro Menolak Percaya dan Memilih Kabur, Im Soo Ho Hadapi Situasi Berbahaya

KF-21 Boramae akan dibuat sebanyak 120 unit dan Indonesia akan kebagian 48 unit untuk memperkuat pertahanan udara.

Pada proyek KF-21 Boramae, Amerika Serikat (AS) ternyata turut dalam pembuatan jet tempur generasi 4,5 ini.

Peran AS dalam proyek tersebut adalah penggunaan teknologi F-35 yang akan digunakan di KF-21 Boramae.

Meski begitu, ada fakta menarik dibalik penggunaan teknologi Amerika di pesawat tempur KF-21.

Baca Juga: MASIH HANGAT! LINK DOWNLOAD Minecraft Pocket Edition 1.18.10.26 untuk Android, Nikmati Aneka Inovasi Terbaru

Penggunaan teknologi AS di KF-21 ternyata berkaitan dengan pembelian F-35A oleh Korea Selatan.

Dilansir dari ohmynews.com, Kemenhan Korsel mengumumkan bahwa trade-off untuk F-35A berjumlah $3,8 miliar (sekitar Rp54 quadriliun), termasuk $1,4 miliar untuk transfer teknologi KF-21 dan $2,1 miliar untuk desain satelit komunikasi militer, manufaktur, dan peluncuran.

Anggaran untuk KF-21 tersebut meliputi empat peralatan avionik utama yakni radar AESA, peralatan pencarian dan pelacakan inframerah (IRST), peralatan pelacakan target elektro-optik (EOTGP) dan peralatan interferensi elektromagnetik.

Selain itu, ada pula teknologi integrasi sistem yang merupakan teknologi inti KF-21.

Baca Juga: Kenalkan Rafli Asrul, Pemain Muda Usia 18 Tahun yang Debut di Liga 1 Bersama PSM Makassar

Dengan membeli F-35A, proyek pengembangan KF-21 menggunakan teknologi AS pun jadi aman.

Akan tetapi, pembelian F-35A ini dengan berbagai kesepakatan lain yang mengikut dianggap sebuah pemborosan anggaran.

Menurut laporan dari media tersebut, anggaran ini meningkat tiga kali lipat karena kesalahan negosiasi perdagangan.

Dalam negosiasi tersebut, Kemhan Korea Selatan menambahkan fungsi siluman dan beberapa peningkatan lainnya ke persyaratan operasional untuk pengenalan F-35A.

Baca Juga: Persib Bandung Buang 4 Talenta Emas, Berjaya di Klub Lain dan Jadi Buruan Timnas

Peningkatan kinerja yang cepat dari F-35A oleh AS di Korea Selatan terkait erat dengan strategi pencegahan yang disesuaikan dan rencana operasional untuk serangan pendahuluan terhadap Korea Utara dan misi untuk mempertahankan diri.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Zona Jakarta Oh My News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah