JURNAL PALOPO - Hampir setiap orang punya idola dalam kehidupannya.
Apakah itu seorang selebriti, tokoh masyarakat, hingga pemuka agama seperti pendeta maupun ustadz.
Tetapi apakah boleh mengidolakan manusia semisal kepada seorang ustadz?
Baca Juga: Bali United dan Bhayangkara 0 Kasus Covid-19, PSSI dan PT LIB Diprotes, Liga 1 Tetap Lanjut
Buya Yahya memberikan jawaban atas pertanyaan ini, seperti dilansir dari kanal YouTube Al-Bahjah.
"Mengidolakan yang maknanya kagum dengan kebaikannya itu adalah karena Allah dan rasul-nya, bukan urusan fisik," kata Buya Yahya.
Menurutnya, seorang istri yang mengidolakan seorang ustadz karena fisik seperti ketampanannya adalah istri yang tidak baik.
"Mengidolakan maknanya kagum karena kebaikannya sah-sah saja karena itu adalah karena kebaikan," ujar Buya.
Baca Juga: 3 Kerajaan Terbesar di Nusantara, Kekuasaannya Sampai ke Negeri Tetangga
Kagum kepada orang-orang soleh seperti guru-guru mulia itu bukan karena fisiknya menurut Buya Yahya.
Tetapi karena kebaikan, kemuliaan ilmu dan sebagainya.
"Tapi kalau semuanya berkhayal soal fisik, itu kurang ajar namanya," kata Buya.
"Kalau kita punya istri sangat mencintai baginda Nabi, kita sangat senang dan begitu ulama-ulama para sahabat sangat senang imam-imam mazhab sangat senang guru-guru mulia sangat senang," katanya.
Lain halnya jika dengan ustadz-ustadz yang sering komunikasi dan sudah membahas yang tidak-tidak, mak itu sudah salah jalan menurut Buya.
"Boleh-boleh saja seorang wanita mengidolakan seorang ustadz karena kebaikannya..., bukan urusan syahwat, bukan urusan fisik, boleh-boleh saja," kata Buya.
Tetapi hal ini wajib disampaikan kepada suami. Sementara untuk bisa semakin hormat kepada suami, sebaiknya sang istri membatasi pandangan kepada yang haram.
Misalnya seorang wanita yang kagum kepada seorang ustadz mula-mula karena kebaikannya kemudian mengarah ke fisiknya, hal inilah yang harus dibatasi.
Baca Juga: Statistik PSM Makassar vs Bali United, Serdadu Tridatu Unggul Jauh dari Juku Eja
Sehingga sang istri tidak menyakiti suami dan tidak menjerumuskannya ke hal-hal yang membuat hubungan dengan pasangan jadi tidak indah.***