Jadi kata Buya, bedakan makna ikut campur dengan hanya ingin membantu. Biasanya hal tersebut disalahpahami karena seorang anak memang sensitif atau bahkan terlanjut tidak suka dengan mertuanya.
Hal yang kedua yang disampaikan Buya Yahya adalah meskipun mertua memang selalu ikut campur, maka hendak seorang anak berhusnuzan (berprasangka baik) terlebih dahulu.
"Kalaupun orang tua ikut campur, maka hendaknya sebagai seorang anak tetap berkhusnudzon bahwa itu adalah upaya orang tua untuk membantu," kata Buya Yahya.
"Akan tetapi, jika cara membantunya berlebihan sampai menjadikan sesuatunya menjadi serba salah dan sebagainya maka dibuka komunikasi yang baik dengan ibu (mertua) paling tidak jauhkan dia dari hal-hal seperti itu (yang membuatnya marah)," ujar Buya melanjutkan.
Buya Yahya menjelaskan bahwa meskipun ibu (mertua) bersikap suka marah atau selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga, tetapi seorang anak harus tetap berbakti.
Jika ibu marah, maka jauhkan dari hal-hal yang membuatnya marah. Jika dia bahkan mengusir menantunya, maka pindahlah ke tempat yang tidak jauh dari rumah ibunya.
Jangan sampai kebencian terhadap seorang ibu berubah menjadi permusuhan dan dendam.
"Jangan sampai seorang ibu ditinggal begitu saja tanpa ada upaya untuk berjuang. Ingat keberkahannya surga ada pada ibu.
"Jika Anda diberi ibu yang baik maka bersyukurlah. Kalau Anda ternyata diberi ibu yang tidak baik, itu ujian untuk naik pangkat kalau Anda sabar dan tabah," ujar Buya Yahya.***