Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk Kata Ahlinya, Kepala BKKBN Bongkar dalam Klarifikasi Forum Pimred PRMN

18 Juli 2022, 13:41 WIB
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo saat menjelaskan pengaruh nikah muda terhadap stunting pada Forum Pimpred PRMN /Tangkap layar Forum Pimpred PRMN /

JURNAL PALOPO- Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk Kata Ahlinya, Kepala BKKBN Bongkar dalam klarifikasi Forum Pimred PRMN. 

Kepala BKKPN jadi bintang tamu dalam Talkshow bertajuk klarifikasi Forum Pimred PRMN. 

Dalam klarifikasi Forum Pimred PRMN, Kepala BKKBN mengurai tema tentang Nikah Muda Bikin Stunting. 

Baca Juga: Ungkap Sisi Lain Ganjar Pranowo dalam Talkshow Klarifikasi Forum Pimred PRMN, Sejak Kecil Belajar Masak

Salah satu pertanyaan yang mencuat mengawali talkshow tersebut, adalah perbedaan stunting dan gizi buruk. 

Dimana dua hal tersebut, masih banyak masyarakat yang sulit membedakannya. 

Mahalan ada yang berpikir jika dua hal itu, adalah hal yang sama. 

Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, sP.OG (K) mengatakan, stunting lebih berpusat pada soal tinggi badan dan umur. 

Baca Juga: Ganjar Pranowo di Talkshow Klarifikasi Forum Pimred PRMN, Ingin Jadi Wartawan dan Isu Deklarasi Pilpres 2024

"Antara berat badan dan umur, berar badan dengan tinggi badan. Dia lebih pada mengukur tinggi badan dan berat badan,"kata Kepala BKKBN. 

"Tapi ingat yang sekarang ini adalah tinggi badan vs umur,"ucapnya.

Menurutnya WHO dan kementerian Kesehatan memberikan kebijakan untuk mengukur stunting masih pada stuntit, belum pada dampak terhadap perkembangannya. 

"Jadi ketika stunting itu konsekuensi tiga, pendek, kemampuan intelektual kurang, prospek dihari tua mulai muncul sakit-sakit"

Baca Juga: Hadiri Talkshow 'Klarifikasi' Forum Pimred PRMN, Ganjar Pranowo: Kalau Saya Jadi Wartawan Boleh Tidak?

"Kesimpulannya stunting ini tidak produkitf, menjadi beban. Sehingga jangan dibalik pendek pasti stunting, banyak pendek tidak punyai ciri kemampuan intelektual rendah, sakit-sakitan"

"Oleh karena itu WHO kemudian membuat batasan yang sifatnya tolerable. Artinya masih bisa ditoleransi apabila stuntingnya itu tidak lebih dari 20 persen,"beber dr. Hasto.

Selain itu, dr. Hasto Wardoyo juga memaparkan tentang peluang terjadinya stunting akibat perkawinan yang dilangsungkan saat muda. 

Menurutnya secara total, stunting itu 24,4 persen. 

Baca Juga: Rahmat Masri Bandaso, Si Loper Koran Pikiran Rakyat yang Kini Menjadi Wakil Walikota Palopo

Kontribusi dari nikah di usia muda, ditenggarai oleh faktor pertumbuhan. Masih tumbuh tapi miliki tugas menumbuhkan orang lain. 

"Mereka masih tumbuh, kemudian harus menumbuhkan orang lain,"lanjut Kepala BBKBN. 

"Harusnya tulang itu masih tambah panjang, tapi terpaksa kalsiumnya saja diambil oleh banyinya yang ada rahim. 

Kalsium tersebut digunakan untuk membuat tulang bayinya. Sehingga sang ibu pertumbuhannya terhambat. 

Baca Juga: Dibatasi Ruang Geraknya di Pemerintahan Kota Palopo, Rahmat Masri Bandaso: Saya Kecewa!

Hal lain yang membuat stunting pada usia muda, adalah banyak remaja yang menderita anemia. 

"Ada 30 persen remaja putri kita itu menderita Anemia,"beber dr. Hasto Wardoyo. 

Lanjut Kepala BKKBN, remaja yang menderita Anemia ini ketika hamil, akhirnya mengalami stunting yang berdampak pada bayi. 

"Itulah yang membuat kematian ibu, bayi masih tinggi karena Aneminya cukup tinggi,"kuncinya.***

Editor: Naswandi

Tags

Terkini

Terpopuler